Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penutupan Penting untuk Penyelamatan

Kompas.com - 22/11/2010, 03:39 WIB

Jakarta, Kompas - Penutupan kompleks Candi Borobudur dari wisatawan menentukan keberhasilan penyelamatan Borobudur. Injakan kaki wisatawan pada timbunan abu vulkanik dari letusan Gunung Merapi akan mengeraskan abu sehingga sulit dibersihkan. Jika abu bersifat asam itu mengeras, batu candi akan terkelupas, menghapus relief dinding candi dan detail arca.

Direktur Peninggalan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Junus Satrio Atmodjo menjelaskan, timbunan abu vulkanik sejak 26 Oktober tebalnya antara 2 cm dan 3 cm di bagian yang datar. Abu vulkanik juga masuk ke saluran drainase di bawah struktur candi, lempengan timah hitam, dan lapisan kedap air di bawah candi.

”Abu memasuki sela-sela batu lantai candi dan menempel di berbagai bagian candi, termasuk relief, stupa, dan arca. Jika timbunan abu terinjak, abu akan memasuki pori-pori batuan dan mengeras sehingga abu akan sangat sulit diangkat dari batuan candi,” papar Junus dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (20/11).

Jika terkena air, abu di dalam pori-pori batuan akan menjadi lumpur yang amat asam. ”Dalam beberapa tahun batuan candi akan mengelupas. Yang terbaik, membersihkan timbunan abu sebelum bersifat asam. Kami tidak tahu ke mana abu harus dibuang. Dari areal 3 x 3 meter persegi, debunya empat ember (ukuran 10 liter),” kata Junus.

Dia menyatakan, sejak pekan lalu Balai Konservasi Peninggalan Borobudur terus membersihkan timbunan abu. ”Pekerja ada 64 orang, dipimpin arkeolog, ahli geologi, dan kimia,” katanya. Seharusnya setiap bagian candi disemprot soda kue yang bersifat basa untuk menetralkan. Namun, penyemprotan soda kue saat ini tidak efektif karena kemungkinan hujan abu masih ada.

”Sebagian stupa telah ditutup plastik sebelum diberi perlakuan soda kue. Untuk menutup 72 stupa butuh plastik sepanjang 1.000 meter. Untuk dinding relief candi, butuh 4.000 meter. Kami butuh bantuan pihak lain karena anggaran kami terbatas. Timbunan abu juga ditemukan di Candi Mendut, Plaosan, juga Prambanan. Diperkirakan pembersihan Candi Borobudur, Prambanan, butuh Rp 600 juta,” kata Junus.

Arkeolog Universitas Indonesia, Prof Dr Mundardjito, dalam diskusi itu menyatakan, daerah yang terkena hujan abu sangat kaya situs purbakala berbagai ukuran. ”Di Magelang, Boyolali, dan sekitarnya ada lebih dari 1.000 situs purbakala,” katanya. Ia mengingatkan fenomena bertambahnya bencana yang berpotensi merusak situs purbakala. (ROW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com