Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tertahan Angin Kencang

Kompas.com - 14/12/2010, 03:48 WIB

Tiupan angin kencang Kutub Selatan menahan pergerakan tim Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU) untuk menggapai puncak Gunung Vinson Massif (4.897 m), Minggu (12/12) atau Senin dini hari WIB. Tim terpaksa membatalkan pendakian final ke puncak dari High Camp (3.773 m) karena angin kencang berkecepatan lebih dari 80 km per jam menerpa kawasan puncak. ”Suhu drop sampai minus 32 derajat celsius sehingga tim memutuskan bertahan di tenda,” demikian laporan ketua Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar, Sofyan Arief Fesa, melalui telepon satelit.

Tim kini menanti angin mereda untuk melanjutkan upaya pengibaran bendera Merah Putih di Puncak Benua Putih. Apabila berhasil, tim Universitas Katolik Parahyangan itu mencatat sejarah sebagai tim pertama Indonesia yang berdiri di puncak tertinggi Kutub Selatan.

Tiga hari sebelumnya, dengan susah payah, tim mencapai Camp I atau Low Camp (3.030 m) setelah menempuh perjalanan lima jam mendaki dari Half Camp. Berjalan perlahan sambil menarik beban dengan sled (kereta salju) dan memanggul ransel, tim berhasil mencapai Camp I pada pagi hari waktu setempat atau sore hari WIB. Benua Antartika terpaut beda waktu sebelas jam lebih lambat dibanding Indonesia.

Angin kencang yang kerap menerpa kawasan kutub pula yang sehari sebelumnya menahan pendakian dari Base Camp menuju Half Camp. ”Bibir dan kulit sudah pecah-pecah dan tenggorokan kena radang, tetapi kami masih semangat,” kata Sofyan.

Terpapar angin kencang yang bisa mencapai kecepatan 80 km per jam terus-menerus dalam suhu ekstrem sampai 20 derajat di bawah titik beku sangat berbahaya. Sengatan dingin akan menghambat peredaran darah dan menurunkan kadar oksigen dalam darah (hipoksia) yang bisa berakibat fatal. Di Antartika yang sangat terisolasi, bahaya tersebut menjadi jauh lebih besar.

Hal ini sangat disadari sehingga tim memutuskan untuk mengambil waktu seharian penuh untuk beristirahat di Camp I besok. ”Semua dalam kondisi baik dan sehat, kami putuskan untuk istirahat sehari baru lanjut lagi lusa,” tutur Sofyan.

Pada jalur pendakian berikutnya mereka mendaki dengan memunggungi Puncak Mount Shinn (4.660 m) yang merupakan puncak ketiga tertinggi di Antartika. Pemandangan saat matahari berada di balik punggung gunung itu sulit dilupakan. (*)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com