Oleh: Antony Lee/Sidik Pramono
Kopeng, daerah sejuk di lereng Gunung Merbabu, Jawa Tengah, sejak masa kolonial terkenal sebagai lokasi tetirah. Sambil pelesiran menikmati alam indah, kita bisa menyantap makanan serba iga yang menghangatkan badan. Aroma iga sapi tercium di antara kabut tipis di kesejukan Kopeng, yang berjarak kurang dari 15 kilometer dari kota Salatiga. Itulah sensasi Waroeng NgGoenoeng, sebuah rumah makan di Kopeng yang berlokasi di jalan utama penghubung Salatiga-Magelang.
Kendati secara administratif berada di wilayah Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, lokasi ini lebih identik dengan Kota Salatiga. Diperlukan waktu 30 menit dengan mengendarai motor untuk naik ke Kopeng dari Salatiga.
Sambil bersantap iga, kita disuguhi panorama alam pegunungan.
Dari bagian depan warung, kita bisa menatap Gunung Telomoyo, sedangkan dari pendopo yang berada di belakang warung kita bisa melihat puncak Gunung Merbabu.
Tiga jenis olahan iga yang kerap dipesan pembeli adalah sup iga, iga gongso, dan tongseng iga. Tiga jenis masakan ini memiliki kekhasan tersendiri. Sup iga memberi rasa segar. Iga gongso berasa manis dan pedas, sedangkan tongseng kaya rasa rempah dengan sentuhan sedikit asam, manis, pedas.
Makanan hangat dan pedas itu dianggap cocok melawan udara yang dingin. Sepinggan potongan daging iga sapi goreng dipadukan dengan semangkuk sup dari kaldu sapi serta potongan wortel dan kentang. Tongseng iga disajikan dengan irisan kubis atau kol. Adapun iga gongso, yakni iga sapi yang ditumis dengan bawang dan kecap, tampak lebih garang dengan warna hitam kecoklatan dengan kuah harum.
Empuk
Masakan iga gongso terbilang kreasi baru. Yang lebih dikenal sebelumnya adalah babat gongso, yang identik dengan Kota Semarang. Pemilik dan juru masak Waroeng NgGoenoeng, Lany Kusnandar, tampaknya menyadari kegemaran orang-orang Semarang dan sekitarnya menyantap makanan yang digongso. Ia punya trik untuk menghasilkan olahan iga yang empuk.
Caranya, iga sapi pesanan dari penjagalan yang sudah dicuci bersih dipresto selama satu jam. Air sisa presto dibuang, lalu iga yang daging dan sebagian tulangnya sudah empuk itu pun siap diolah. Begitu empuknya sehingga ada bagian tertentu dari tulang iga yang terasa krenyes-krenyes lunak saat digigit.
Untuk membuat iga gongso, Lany terlebih dahulu menumis bawang putih dan daun bawang. Kemudian iga yang menjadi bahan dasar masakan dimasukkan. Setelah itu, kecap dan irisan cabai dimasukkan dan sepinggan iga gongso pun tersaji dengan aroma yang menggoda.
Selain empuk, lemak yang biasanya menjadi momok penyuka kuliner berkolesterol tinggi bisa dikurangi. ”Makanya, ada oma-oma yang suka makan iga di sini. Lemaknya enggak terlalu banyak,” tutur Lany yang berusia sekitar 60 tahun.
Jika perlu penambah kehangatan, beragam minuman hangat tersedia, seperti bandrek ataupun kopi dan cokelat jahe. Juga ada ”boyo ngambang” (buaya mengambang), yaitu kopi dengan tape ketan.
Ganyang
Kendati baru buka dua tahun, warung itu sudah memiliki sejumlah pelanggan fanatik. Pelanggan datang dari luar daerah, seperti Magelang, Temanggung, Salatiga, Semarang, dan Kendal. Awal Desember itu, Hendarto (55), eksportir barang pecah-belah dari Kota Semarang, datang bersama istri dan anaknya untuk mencicipi tiga jenis masakan iga di warung itu.
”Rasanya lain,” tutur Hendarto yang hanya mengganyang atau menggado iga tanpa ditemani nasi.
”Eman-eman, sayang (kalau dengan nasi),” katanya menambahkan. Pasalnya, kata dia, jika dimakan dengan nasi, ia bakal kenyang sebelum bisa menikmati lebih banyak potongan daging iga sapi yang empuk.
Rumah makan ini ramai pada setiap akhir pekan dan hari libur. Resminya, warung buka pukul 07.00-18.00. ”Saya enggak ngoyo. Kalau sudah lelah sekali, warung makan saya tutup,” tutur Lany.
Pada hari ramai itu, Waroeng NgGoenoeng menghabiskan 30-40 kilogram iga sapi. Sementara pada hari biasa mereka memerlukan 6-10 kilogram iga sapi. Seporsi iga dipasang harga Rp 17.500.
Pada jam-jam ramai, ketika warung penuh pembeli, orang harus bersabar. Pasalnya, menu-menu dimasak satu per satu oleh Lany sehingga memerlukan waktu. Terkadang beberapa pelanggan menelepon terlebih dahulu untuk memesan tempat sekaligus makanan yang dipilih agar semuanya siap tersaji ketika mereka tiba dan nafsu makan telah siap mengganyang iga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.