Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hangatnya Iga di Lereng Merbabu

Kompas.com - 21/12/2010, 15:23 WIB

Oleh: Antony Lee/Sidik Pramono

Kopeng, daerah sejuk di lereng Gunung Merbabu, Jawa Tengah, sejak masa kolonial terkenal sebagai lokasi tetirah. Sambil pelesiran menikmati alam indah, kita bisa menyantap makanan serba iga yang menghangatkan badan. Aroma iga sapi tercium di antara kabut tipis di kesejukan Kopeng, yang berjarak kurang dari 15 kilometer dari kota Salatiga. Itulah sensasi Waroeng NgGoenoeng, sebuah rumah makan di Kopeng yang berlokasi di jalan utama penghubung Salatiga-Magelang.

Kendati secara administratif berada di wilayah Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, lokasi ini lebih identik dengan Kota Salatiga. Diperlukan waktu 30 menit dengan mengendarai motor untuk naik ke Kopeng dari Salatiga.

Sambil bersantap iga, kita disuguhi panorama alam pegunungan.

Dari bagian depan warung, kita bisa menatap Gunung Telomoyo, sedangkan dari pendopo yang berada di belakang warung kita bisa melihat puncak Gunung Merbabu.

Tiga jenis olahan iga yang kerap dipesan pembeli adalah sup iga, iga gongso, dan tongseng iga. Tiga jenis masakan ini memiliki kekhasan tersendiri. Sup iga memberi rasa segar. Iga gongso berasa manis dan pedas, sedangkan tongseng kaya rasa rempah dengan sentuhan sedikit asam, manis, pedas.

Makanan hangat dan pedas itu dianggap cocok melawan udara yang dingin. Sepinggan potongan daging iga sapi goreng dipadukan dengan semangkuk sup dari kaldu sapi serta potongan wortel dan kentang. Tongseng iga disajikan dengan irisan kubis atau kol. Adapun iga gongso, yakni iga sapi yang ditumis dengan bawang dan kecap, tampak lebih garang dengan warna hitam kecoklatan dengan kuah harum.

Empuk

Masakan iga gongso terbilang kreasi baru. Yang lebih dikenal sebelumnya adalah babat gongso, yang identik dengan Kota Semarang. Pemilik dan juru masak Waroeng NgGoenoeng, Lany Kusnandar, tampaknya menyadari kegemaran orang-orang Semarang dan sekitarnya menyantap makanan yang digongso. Ia punya trik untuk menghasilkan olahan iga yang empuk.

Caranya, iga sapi pesanan dari penjagalan yang sudah dicuci bersih dipresto selama satu jam. Air sisa presto dibuang, lalu iga yang daging dan sebagian tulangnya sudah empuk itu pun siap diolah. Begitu empuknya sehingga ada bagian tertentu dari tulang iga yang terasa krenyes-krenyes lunak saat digigit.

Untuk membuat iga gongso, Lany terlebih dahulu menumis bawang putih dan daun bawang. Kemudian iga yang menjadi bahan dasar masakan dimasukkan. Setelah itu, kecap dan irisan cabai dimasukkan dan sepinggan iga gongso pun tersaji dengan aroma yang menggoda.

Selain empuk, lemak yang biasanya menjadi momok penyuka kuliner berkolesterol tinggi bisa dikurangi. ”Makanya, ada oma-oma yang suka makan iga di sini. Lemaknya enggak terlalu banyak,” tutur Lany yang berusia sekitar 60 tahun.

Jika perlu penambah kehangatan, beragam minuman hangat tersedia, seperti bandrek ataupun kopi dan cokelat jahe. Juga ada ”boyo ngambang” (buaya mengambang), yaitu kopi dengan tape ketan.

Ganyang

Kendati baru buka dua tahun, warung itu sudah memiliki sejumlah pelanggan fanatik. Pelanggan datang dari luar daerah, seperti Magelang, Temanggung, Salatiga, Semarang, dan Kendal. Awal Desember itu, Hendarto (55), eksportir barang pecah-belah dari Kota Semarang, datang bersama istri dan anaknya untuk mencicipi tiga jenis masakan iga di warung itu.

”Rasanya lain,” tutur Hendarto yang hanya mengganyang atau menggado iga tanpa ditemani nasi.

”Eman-eman, sayang (kalau dengan nasi),” katanya menambahkan. Pasalnya, kata dia, jika dimakan dengan nasi, ia bakal kenyang sebelum bisa menikmati lebih banyak potongan daging iga sapi yang empuk.

Rumah makan ini ramai pada setiap akhir pekan dan hari libur. Resminya, warung buka pukul 07.00-18.00. ”Saya enggak ngoyo. Kalau sudah lelah sekali, warung makan saya tutup,” tutur Lany.

Pada hari ramai itu, Waroeng NgGoenoeng menghabiskan 30-40 kilogram iga sapi. Sementara pada hari biasa mereka memerlukan 6-10 kilogram iga sapi. Seporsi iga dipasang harga Rp 17.500.

Pada jam-jam ramai, ketika warung penuh pembeli, orang harus bersabar. Pasalnya, menu-menu dimasak satu per satu oleh Lany sehingga memerlukan waktu. Terkadang beberapa pelanggan menelepon terlebih dahulu untuk memesan tempat sekaligus makanan yang dipilih agar semuanya siap tersaji ketika mereka tiba dan nafsu makan telah siap mengganyang iga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

    Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

    Travel Update
    4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

    4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

    Travel Tips
    Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

    Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

    Jalan Jalan
    4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

    4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

    Travel Tips
    Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

    Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

    Travel Update
    Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

    Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

    Jalan Jalan
    Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

    Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

    Jalan Jalan
     7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

    7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

    Jalan Jalan
    5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

    5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

    Travel Tips
    Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

    Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

    Jalan Jalan
    Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

    Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

    Travel Update
    Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

    Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

    Travel Update
    Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

    Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

    Travel Update
    Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

    Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

    Hotel Story
    Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

    Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

    Travel Update
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com