Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata Kebun Teh

Kompas.com - 10/01/2011, 16:07 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com - Perjalanan menuju lokasi memakan waktu enam jam melalui jalur darat dari Jakarta. Sepanjang perjalanan mobil akan melintasi perkampungan, kota, gunung, hingga pesisir pantai. Lengkap sudah panorama yang akan Anda dapatkan. Namun lama waktu tempuh terbayar sudah saat sejauh mata memandang hijau dan hijau tanaman teh. Kebun teh milik PT Harendong Green Farm memproduksi teh Oolong organik.

Sebagai satu-satunya kebun teh yang memproduksi teh Oolong secara organik, tempat ini seringkali didatangi pengunjung yang ingin belajar mengenai proses organik pengolahan teh. Tak sedikit yang mampir ke tempat ini sekadar untuk menikmati suasananya yang asri dan udara segar. Menurut Presiden Direktur PT Harendong Green Farm Alexander Halim, kebun teh ini mulai dibangun tahun 2006. Jadi masih tergolong baru dan dalam tahap pengembangan kebun. Namun kawasan ini bisa menjadi alternatif agrowisata, wisata sambil belajar mengenai perkebunan.

Letaknya bersebelahan dengan Taman Nasional Halimun, tepatnya di Jl. Raya Cikotok, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten. Berada di ketinggian 1.000 meter dari atas permukaan laut dengan total luas tanah 100 hektar. Namun baru sekitar setengah luas lahan yang sudah ditanami teh. Untuk menghasilkan teh Oolong berkualitas, pemetikan baru bisa dilakukan 3-4 tahun setelah penanaman.

Ada banyak rombongan anak sekolah yang sudah mampir ke kebun teh Harendong untuk belajar mengenai perkebunan teh. Jika Anda berkunjung, Anda bisa melihat para ibu memetik daun teh dengan terampil. Anda akan diantar keliling oleh seorang location manager, salah satunya bernama Yuli Prianto. Ia akan menjelaskan apakah itu teh Oolong dan jenis-jenis teh. Selain itu, Anda juga bisa mampir ke pabrik untuk melihat proses pengolahan teh.

"Tur bisa satu jam atau sampai seharian. Nanti dijelaskan teh dan proses pembuatan secara organik," kata Alexander. Daun yang dipetik adalah satu pucuk dengan dua daun. Saat pemetikan teh harus dalam keadaan kering tanpa embun.

"Karena itu pemetikan dari jam 9 pagi sampai jam 1 atau 2 siang. Karena tidak boleh lama dijemur nantinya tingkat fermentasi berlebihan," jelas Alexander.

Teh Oolong mengalami proses 40-60 persen fermentasi atau oksidasi. Berbeda dengan teh merah yang 100 persen atau sebaliknya dengan teh hijau yang hanya mengalami kurang dari 10 persen fermentasi.

Setelah itu daun teh dibawa ke pabrik dan disortir. Apabila batangnya terlalu panjang, maka harus dipotong dulu. Jika tidak, teh akan terasa lebih pahit. Teh kemudian mengalami proses windering atau diangin-anginkan. Teh dijemur dalam ruangan tertutup selama setengah jam. Proses fermentasi terjadi pada saat ini karena terkena udara. Kemudian, teh memasuki proses pelayuan dengan diletakan di ruangan pendingin. Uap air akan disedot hingga 40 persen sehingga bobot daun teh pun ikut berkurang.

Lama proses ini bisa 15 hingga 20 jam tergantung tingkat kelembaban dan cuaca. Uniknya, di tahap inilah ada seorang ahli yang akan menentukan kapan teh siap dikeluarkan dari ruangan pendingin.

"Karena teh aroma itu pertama-tama naik, lalu turun, kemudian naik lagi sampai ke peak-nya. Yang tahu cuma si ahli itu, dia tahu apakah aromanya sudah maksimal atau belum," ungkap Alexander.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

    Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

    Travel Update
    Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

    Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

    Travel Update
    Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

    Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

    Hotel Story
    Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

    Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

    Travel Update
    5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

    5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

    Jalan Jalan
    Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

    Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

    Travel Update
    4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

    4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

    Jalan Jalan
    Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

    Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

    Travel Update
    5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

    5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

    Jalan Jalan
    Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

    Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

    Travel Update
    Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

    Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

    Jalan Jalan
    Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

    Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

    Travel Update
    Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

    Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

    Travel Tips
    Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

    Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

    Travel Update
    5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

    5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

    Travel Tips
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com