Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warung Kenangan Pasar Cihapit

Kompas.com - 26/01/2011, 08:24 WIB

Seluruh menu di warung ini disajikan dalam meja panjang yang terbuka. Pada ujung paling kiri terdapat nasi lalu disusul begitu banyak menu. Para pembeli tinggal mengambil piring, kemudian nasi, dan selanjutnya silakan pilih menunya, sepuas-puasnya bila perlu. Kalau mau sambel dadak tinggal bilang. Enam orang karyawan akan dengan sigap membantu kita.

Tugas Bu Eha menghitung berapa potong lauk yang telah Anda santap. Menu-menu itu dihargai Rp 8.000-Rp 12.000 per potong/porsi. Setidaknya Anda hanya akan menghabiskan tidak lebih dari Rp 20.000 untuk sekali makan di sini.

Cara penyajian prasmanan seperti ini, kata Bu Eha, tidak pernah berubah sejak zaman Guntur Soekarnoputra dan Megawati Soekarnoputri menjadi mahasiswa di Bandung. Sejak era 1950-an sampai 1970-an, warung Bu Eha menjadi tempat makan favorit seluruh mahasiswa di Bandung. Di antara mereka ada maestro Jeihan Sukmantoro, para bekas pejabat seperti Adi Sasono, Dibyo Widodo, Bagir Manan, serta beberapa lainnya.

Bahkan, beberapa di antaranya, kata Bu Eha, khusus datang dari Belanda dengan anak dan cucu mereka. ”Masih ada kadang yang suka datang dari Netherlands kemari untuk bernostalgia karena dulu suka makan di sini,” kenang Bu Eha.

Bu Eha sudah berada di warungnya sejak pukul 04.30. Ia kemudian memimpin enam karyawannya memasak. Khusus daging gepuk sudah direbus selama empat jam sejak sore hari untuk kebutuhan keesokan harinya. Pada pukul 06.00, pelanggan sudah bisa menyantap menu-menu di atas meja untuk sarapan. ”Biasanya kalau pagi pelanggan dari pegawai seperti hakim, jaksa, guru, karyawan bank, yang sarapan di sini,” ujar Bu Eha.

Warung kecil yang tampak sederhana ini bisa menghabiskan lebih dari 50 kilogram beras serta Rp 1 juta, khusus untuk membeli daging dan 30-60 ekor ayam. ”Pokoknya kita belanja bahan bisa lebih dari Rp 3 juta sehari,” tutur Bu Eha.

Karena pembeli terus-menerus mengalir, siang ini saya cuma kebagian sepotong ayam goreng dan sayur sop. Tak apalah. Bukan soal rasa yang penting, tetapi menikmati kenangan demi kenangan yang mengalir di tempat ini.…

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com