Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Kuliner Peranakan

Kompas.com - 30/01/2011, 12:33 WIB

”Di Singapura dan Malaysia, masakan peranakan dikenal dengan luas dibandingkan di Indonesia. Tetapi, hampir semuanya berbumbu kari. Agak sulit untuk menemukan masakan dengan variasi lain,” kata Paul.

Dari pengalaman itulah, Paul, yang memang sudah melirik bisnis kuliner selepas krisis moneter, melihat peluang besar, yaitu mempromosikan perpaduan kuliner China dengan kuliner Indonesia yang lebih beragam. Setelah menetapkan jenis masakan yang akan dijual, Paul dan istrinya mengumpulkan resep keluarga untuk memunculkan konsep makanan rumahan.

Atmosfer peranakan

Untuk menyajikan keotentikan rasa, Kedai Tiga Nyonya menghindari penggunaan penyedap rasa berupa MSG. ”Kami benar-benar memakai bahan aslinya. MSG diganti rempah-rempah atau bumbu lain. Toh, orang zaman dulu tidak memakai MSG saat memasak,” kata Paul, yang kemudian menjelaskan konsekuensi dari penggunaan bahan-bahan otentik tersebut, yaitu harga di restorannya lebih mahal dibandingkan restoran lain yang sejenis.

Sebagai bagian dari strategi pasar, yaitu untuk menjangkau konsumen yang luas, Paul memilih menyajikan hanya makanan halal meski sesekali ada konsumen yang menanyakan menu nonhalal.

Suasana rumah pun dibuat di Kedai Tiga Nyonya untuk memperkuat konsep masakan, salah satunya di TIS Square, Tebet, Jakarta. Di salah satu sudut ruangan dengan meja makan bundar, terdapat beberapa guci, sangkar burung yang digantung di langit-langir, dan lemari cuiho yang sudah berusia sekitar 80 tahun. Seperti halnya resep, beberapa barang yang menjadi interior ruangan adalah barang-barang milik keluarga.

Nama Tiga Nyonya sendiri berasal dari sebuah foto hitam putih bergambar dua perempuan dewasa dan anak kecil mengenakan kebaya encim dan kain. ”Foto aslinya milik kolektor barang seni. Karena dia tidak mau menjualnya, fotonya saya pinjam untuk diperbesar supaya bisa saya tempatkan di setiap Kedai Tiga Nyonya,” kata Paul sambil menunjukkan sebuah buku bertahun 1892 dalam foto tersebut.

Peranakan Malaysia

Istilah makanan peranakan tak hanya dikenal di Indonesia. Kuliner percampuran dari bangsa yang berbeda ini juga dikenal di Malaysia dan Singapura. Beberapa restoran Malaysia yang bertemakan kuliner peranakan bahkan sudah merambah pasar Indonesia, salah satu di antaranya adalah Ah Tuan Ee's yang berada di Pacific Place, Jakarta.

Restoran yang berdiri tahun 2000 di Petaling Jaya, dekat Kuala Lumpur ini, menyajikan makanan peranakan yang tak hanya memadukan masakan Malaysia dan China, tetapi juga dipengaruhi kuliner Portugis dan Belanda.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com