Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wow, Ada Museum Mini di Morotai

Kompas.com - 21/02/2011, 08:18 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com - Seorang kenalan di Morotai menganjurkan saya untuk mampir ke Museum Mini. Saat saya akhirnya berdiri di depan museum tersebut, saya pun sadar mengapa diberi nama 'Museum Mini'.

Museum itu memang benar-benar mini. Hanya tiga kali tiga meter luasnya. Jika datang bersama rombongan, maka untuk masuk harus begantian. Di dalam hanya bisa memuat sekitar 4-5 orang dewasa.

Di pintu masuk, pengunjung langsung disambut senapan laras panjang milik sekutu dari masa Perang Dunia II, lengkap dengan peluru-peluru. Sementara di dalam, deretan botol Coca-Cola, perkakas makan seperti sendok garpu, sampai uang. "Uang dan koin dari Hindia Belanda, Jepang, dan Amerika Serikat," jelas Mushlis Eso, pemuda asli Morotai.

Mushlis bukan sekadar penjaga museum. Tapi dialah yang telah membangun Museum Mini. Koleksi di museum adalah miliknya. Sejak usia 10 tahun, Mushlis mengumpulkan peninggalan tentara Jepang dan sekutu pada saat mereka bermarkas di Morotai era Perang Dunia II. Ia berhasil mendapatkan koleksinya dari darat maupun di laut. "Waktu kecil ketemunya di darat. Koleksi yang baru-baru dapat dari laut," katanya.

Ia mengaku koleksi yang ditampilkan di museum hanya sebagian kecil. "Yang di sini hanya sebagai contoh. Sisanya saya simpan di rumah di kampung, di Desa Totodoku," ungkapnya.

Koleksi lain yang bisa dilihat adalah senjata M2 kaliber 12,7. Ada pula bom lingkar dan bayonet dari Jepang.

Pengunjung juga bisa melihat aneka dog tag atau tanda pengenal tentara. Mushlis mengaku ia kewalahan dalam merawat dan membersihkan koleksinya. "Tapi saya bangga punya museum ini, walaupun kecil begini karena saya orang susah," ungkapnya.

Bertahun-tahun ia mengumpulkan sisa-sisa sejarah sampai akhirnya berhasil membangun Museum Mini pada 2 April 2010. Ia pun tak mau berhenti mencari peninggalan masa perang. "Kata orang sisa-sisa tentara waktu perang sudah habis. Tapi baru 25 persen yang baru diangkat dari laut. Sisanya masih ada di darat, laut, dan di dalam hutan," ujarnya optimis.

Saat Jepang kalah dan meninggalkan Morotai, mereka membuang segala perlengkapan perang dan keperluan sehari-hari di laut. Sebagian lagi dikubur di bumi Morotai. Tentara Amerika Serikat dan Australia yang kemudian bermarkas di Morotai pun membuang benda-benda mereka ke dalam laut. Banyak pula yang mereka tinggalkan begitu saja saat meninggalkan Morotai. "Koleksi ini bagi saya untuk anak cucu Morotai," kata Mushlis.

Ia berharap pemerintah kabupaten dapat segera membangun museum yang lebih layak.

Pemerintah Kabupaten Morotai memang akan membangun museum yang lebih besar. Rencananya, ukuran museum akan lima sampai sepuluh kali lebih besar. Kita tunggu saja realisasi rencana tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com