Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warung Kopi Terapung di Sungai Musi

Kompas.com - 23/02/2011, 03:51 WIB

Sungai Musi merupakan nadi kehidupan yang masih berdenyut di Kota Palembang. Di bawah Jembatan Ampera, berbagai ragam kehidupan warga di bekas pusat Kerajaan Sriwijaya itu dapat ditemui. Dari bawah jembatan megah itu pula, sebuah warung kopi terapung menjadi saksi pesona kehidupan sungai.

Ibarat seorang ibu, Sungai Musi menyediakan aneka sumber penghidupan bagi banyak orang di sekitarnya. Itu yang dialami Harun (49), pemilik warung kopi terapung yang tiap sore berlabuh di kawasan cagar budaya Benteng Kuto Besak dan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, 16 Ilir, Palembang. Disebut warung kopi terapung karena penjualan makanan khas Palembang itu dilakukan di atas perahu motor. Lalu, ada sebuah ketek, atau sejenis sampan kecil, tertambat di samping sebagai ruang duduk tambahan.

Alunan ombak sungai tidak henti mengayun perahu sembari pengunjung menyeruput segelas kopi panas dan berbagai hidangan makanan khas Palembang. Memasuki malam, pemandangan dari perahu bertambah menawan dengan siluet Jembatan Ampera yang bermandi cahaya gemerlap lampu dari kejauhan.

Harun memulai usahanya pada tahun 2004. Pembukaan warung ini karena lelaki kelahiran Ogan Ilir itu kehilangan pekerjaannya sebagai pengangkut sayuran. Perahu yang kini dia gunakan untuk warung kopi, dahulu dimanfaatkan untuk mengangkut sayuran ke Pasar 16 Ilir yang terletak di tepi Sungai Musi. Pasar ini merupakan terbesar di Palembang dan menjadi pusat perdagangan Sumatera Selatan.

Sejak dulu, Harun telah menggantungkan hidup pada Sungai Musi. Setelah menganggur karena pasar direnovasi dan penjual sayuran pindah dari tepi Sungai Musi sekitar 1998, dia sempat jadi tukang ketek untuk menyeberangkan penumpang dari kawasan Ulu ke Ilir sungai, atau sebaliknya.

Namun, pekerjaan tukang ketek rupanya tidak memberi kepastian kehidupan. Seringkali, penumpang sepi sehingga seorang tukang ketek harus pulang tanpa hasil. Di saat kehidupan begitu sulit baginya, Harun pun mendapat ide untuk membuka warung kopi terapung. Pemilihan 16 Ilir sebagai lokasi cukup jitu karena lokasi itu salah satu pusat wisata dan keramaian di Kota Palembang. Warung kopi terapung milik Harun merupakan salah satu pilihan untuk menikmati wisata Sungai Musi. Di sekitar 16 Ilir dan Ulu 11 di seberangnya itu terdapat juga beberapa warung nasi dan restoran terapung.

Jelang sore, Harun melayarkan kapalnya menyeberangi Sungai Musi dari rumahnya di Ulu 10 menuju Ilir 16. Di dermaga, perahu ditambatkan di antara perahu-perahu ketek lain. Dibantu istri dan satu anak lelakinya, dia membuka warung kopi terapung itu selama pukul 15.00-21.00. Sejumlah makanan tradisional Palembang, seperti empek-empek, model, dan tekwan lengkap dengan sausnya, sambal cabai hijau, dan jeruk nipis, tersaji di meja panjang di tengah perahu.

Harun sibuk melayani para pengunjung, sementara istri dan anaknya memasak gorengan untuk disajikan. Memasak dengan kompor menyala di perahu kayu membutuhkan keahlian tersendiri. Paling tidak, dibutuhkan keterampilan menjaga keseimbangan peralatan itu karena sewaktu-waktu ombak besar bisa datang yang dapat menumpahkan minyak ataupun api ke kapal. Setiap hari rata-rata sekitar 40 pengunjung datang ke warung kopi terapung milik Harun ini. Pendapatannya rata-rata Rp 300.000 per hari.

Ruang pertemuan

Warung kopi terapung itu tak sekadar tempat singgah, tetapi juga ruang bertemu dan berinteraksi masyarakat Palembang. Pengunjungnya beragam, seperti anak sekolah, ibu-ibu, serta karyawan swasta yang tengah menunggu perahu untuk pulang ke rumahnya. Mereka berbaur di satu meja sehingga suasana terasa akrab.

Obrolan mereka mulai dari kehidupan pribadi, harga bahan kebutuhan pokok, politik, dan kejadian lokal di Palembang. ”Banyak orang datang ke sini, jadi macam-macam kabar juga bisa didengar di sini. Dengar obrolan orang di sini saja sudah nikmat rasanya,” kata Ali (53), operator perahu.

Harun adalah contoh orang yang kreatif dalam menghadapi tantangan hidup pada sungai yang berpanjang 720 kilometer itu. Di mana saja semua orang sesungguhnya bisa sukses asalkan memiliki kemauan. (IRE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com