JAKARTA, KOMPAS.com - Restoran menjadi salah satu aspek penting dalam pariwisata. Destinasi wisata di daerah pesisir menjadikan bahan-bahan laut sebagai hidangan utama di restoran. Direktur Pusat Penelitian dan Pengembangan Laut, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil, Universitas Hasanuddin, Jamaluddin Jompa mengatakan selalu ada godaan untuk mengambil sumber daya laut yang berdekatan dengan pasar secara berlebihan.
"Orang yang makan tidak pernah tahu ikan dari mana dan kondisi laut bagaimana. Nelayan sebagai pengamat alam. Komoditi ikan masih bisa diproduksi secara alami misalnya seperti ikan baronang yang pertumbuhannya cepat, bisa dimanfaatkan secara lestari," ungkapnya Selasa, (1/3/2011). Hanya saja, lanjutnya, asal setiap area ikan tidak ditangkap secara berlebihan. Ia menuturkan ikan memiliki populasi optimun dan bisa diatur pengambilan ikan secara lestari.
"Laut bukan seperti tambang. Alam punya kemampuan untuk tumbuh sendiri. Kalau tidak diambil akan mati alami. Hanya saja, manusia mengambil sumber daya laut melebihi kemampuan alam untuk memproduksi," katanya. Ia menambahkan untuk meningkatkan produksi maka perlu turunkan dulu produksi.
"Tapi kita nggak pernah kasih break. Kalau kita manage kan ada istilahnya zoning. Tempat lain bisa diambil secara lestari baik jumlah maupun ukurannya. Ini perlu tindakan kolektif. Ekstraktif boleh saja, tapi diatur," ungkapnya.
Ia mengatakan untuk ikan agar jangan ambil yang masih kecil. "Cukup berikan 1 kali untuk ikan kawin sudah oke. Ikan bisa bertelur puluhan ribu. Kenapa ikan bisa habis? Karena tidak diberi kesempatan satu kali saja untuk kawin. Itu solusinya. Seringkali pikiran nelayan kalau lepas ikan kecil mikirnya besok diambil nelayan. Perlu menahan godaan secara kolektif," jelasnya.
Sebagai contoh adalah Australia. Jamaluddin mengatakan kepiting betina tidak boleh dikonsumsi di Australia. "Di Indonesia populasi kepiting turun terus. Tidak ada kepedulian untuk melestarikan laut secara action," imbuhnya. Wisata bahari, menurutnya, tidak sekadar laut yang sedap dipandang namun juga kesempatan alam untuk pulih.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.