Jakarta, Kompas
”Uang dari IPO AirAsia itu akan digunakan untuk pengadaan pesawat,” kata Presiden Direktur Indonesia AirAsia (IAA) Dharmadi, Kamis (3/3), saat menjelaskan IPO Indonesia AirAsia.
Tahun 2015, IAA menargetkan pengoperasian 30 unit pesawat. Sementara tahun ini, dioperasikan 16 unit Airbus A320 dan 4 unit Boeing 737-series. ”Tentu, kami tak beli tunai. Pengadaan pesawat dengan leasing, tetapi kami butuh dana untuk pre-delivery payment,” kata Dharmadi.
Pengadaan pesawat IAA dikelompokkan dalam pesanan Grup AirAsia. Oleh karena AirAsia memesan 175 unit pesawat, dengan opsi memesan 50 unit lagi, maka harganya dapat ditekan.
”Ada sebuah maskapai penerbangan yang memesan lima pesawat, harganya hampir dua kali lipat dari harga yang dibayar Grup AirAsia. Itulah keuntungan Indonesia AirAsia untuk bergabung dengan brand AirAsia,” kata Dharmadi.
Pengamat penerbangan, Dudi Sudibyo, mendukung IPO AirAsia. ”Maskapai penerbangan ini bagus, tak ada masalah dengan keselamatan. Namun, waspadai sebab pesawat-pesawatnya leasing (sewa), seperti Mandala, yang akhirnya kesulitan,” ujarnya.
Untuk mempersiapkan IPO, IAA telah menunjuk PT CIMB Niaga Securities Indonesia dan PT Credit Suisse Securities Indonesia sebagai penjamin emisi. Seleksi penjamin emisi dilakukan IAA sejak awal Februari 2011.
Dijelaskan Dharmadi, kinerja keuangan IAA pada 2010 cukup impresif. Pendapatan tahun 2010 sebesar Rp 2,75 triliun dengan laba bersih Rp 474 miliar. Dalam tahun itu telah diangkut 4 juta penumpang.
Tahun ini, pendapatan IAA ditargetkan tumbuh 15 persen, seiring target penambahan volume penumpang sebesar 13 persen.
Tingkat keterisian tahun 2011 ditargetkan naik menjadi 80 persen dari realisasi tahun 2010 sebesar 77 persen.