Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Empat Unsur Menjadi Destinasi Wisata

Kompas.com - 14/03/2011, 11:09 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Destination Management Organization (DMO) atau tata kelola destinasi bukanlah sekadar proyek dari pemerintah. DMO lebih tepat disebut sebagai program jangka panjang. Dirjen Pengembangan Destinasi Wisata Kemenbudpar Firmansyah mengatakan program DMO bertujuan mengorganisir empat unsur yang diperlukan suatu destinasi wisata.

"DMO menjadikan suatu integrasi antara daya tarik, infrastruktur, masyarakat, dan transportasi. Bagaimana bisa mengembangkan destinasi kalau keempat unsur tidak tertata. Keempat unsur ini tidak bisa jalan sendiri-sendiri. Harus sinergi sehingga bisa terjadi perpindahan orang ke destinasi tersebut," kata Firmansyah di Gedung Sapta Pesona Jakarta akhir pekan lalu.

Ia memberi contoh suatu daerah dengan daya tarik yang bagus tapi jalan tidak bagus, tentu tidak akan berkembang menjadi destinasi wisata. Contoh lainnya seperti yang terjadi di Toraja. "Dulu penerbangan ada menuju Toraja. Tapi travel agent tidak mencari muatan akhirnya penerbangan bangkrut. Giliran ada muatan, penerbangannya sudah gak ada," katanya.

Karena itu, lanjutnya, DMO bukan program yang hanya perlu waktu setahun. Melainkan program yang harus berkelanjutan "Gak bisa tahun ini buat lalu tahun depan sudahan, harus terus. Makanya ini program bukan proyek. Program besar gak bisa langsung dirasakan, perlu proses panjang," ungkapnya.

Pedoman utama dari DMO adalah adanya partisipasi stakeholder mulai dari masyarakat, industri pariwisata, sampai pemerintah. Firmansyah menuturkan untuk mendapatkan partisipasi mulai dari tingkat masyarakat, perlu ada rasa memiliki dari masyarakat terhadap daerahnya.

Selain itu, lanjutnya, masyarakat perlu diberi pendekatan dan terlibat agar pada akhirnya ikut merasakan keberhasilan. Begitu pula dengan perlunya komitmen industri pariwisata mulai dari hotel, objek wisata, restoran sampai biro perjalanan. Sementara itu, pemerintah daerah dan lintas instansi juga ikut terjun langsung. "Ini model yang efektif tapi jangan harap besok langsung naik kunjungannya. Itu proses dan dimulai dari bawah," tutur Firmansyah.

Pihaknya sebagai pemerintah dari pusat hanya bisa berperan sebagai fasilitator dan pengiring, tapi tidak bisa mendikte. DMO telah diujicobakan pada dua destinasi yaitu Danau Toba dan Pangandaran. "Danau Toba dari dua kabupaten yang terlibat, ada kabupaten lain yang tertarik ikut. Kita ajak dan semoga ke depan makin meluas. Jadi semua kembali dan tergantung darah masing-masing. Kita tidak bisa mendikte. Karena daerah itu yah milik daerah, bukan punya pusat," jelasnya.

Kemenbudpar telah melakukan kajian dan penentuan destinasi yang akan masuk DMO sejak tahun 2007. Total ada 15 destinasi yang masuk program DMO. Model program DMO sendiri sudah kerap diterapkan di mancanegara "Kita belajar dari luar negeri dan UNWTO. Di UNWTO memang ada model program DMO. Dari tahun 90-an ilmu DMO itu sudah ada. Kita sudah terapkan uji coba di tahun 2010. Di 2011, di tahun pertama ini kita tetapkan sebagai titik berangkat kita. Ada pembahasan bagaimana posisi tiap destinasi pada akhir tahun," katanya.

Firmansyah menambahkan setiap tahun ada konferensi DMO tingkat dunia. Sehingga setiap negara bisa saling belajar pengalaman internasional dalam menjalankan DMO. "Kita bisa lihat juga pengalaman dari luar negeri. Konferensi selanjutnya Agustus 2011 rencananya di NTT. Acara ini nanti bisa menjadi gaung juga ke dunia sebagai pencitraan kalau Indonesia juga melakukan DMO dan dunia jadi tahu kita komitmen untuk membuat wisata Indonesia berkembang," jelas Firmansyah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com