Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temukan Fantasi Bidadari di Moramo

Kompas.com - 22/03/2011, 09:46 WIB

Oleh: Mohamad Final Daeng

Bumi Sulawesi telah lama tersohor akan eksotismenya. Tak terkecuali Sulawesi Tenggara yang menawarkan beragam pesona kekayaan alam. Konon, kecantikan lanskap itu sanggup menggoda bidadari-bidadari khayangan untuk turun menikmatinya.

Salah satu dari sekian limpahan hadiah alam yang bisa dinikmati adalah air terjun Moramo. Air terjun bertingkat-tingkat itu kondang akan kemolekannya yang terbungkus keindahan hutan suaka margasatwa Tanjung Peropa.

Obyek wisata yang menjulang setinggi 40 meter itu terletak di Desa Sumbersari, Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan. Jaraknya sekitar 65 kilometer arah selatan Kota Kendari, ibu kota Provinsi Sultra. Dengan kendaraan bermotor, waktu tempuh dua jam.

Jika Anda suka berpetualang, perjalanan itu tidak terasa melelahkan karena banyak pemandangan menarik sepanjang jalan. Dimulai dari menyusuri pesisir Teluk Kendari memasuki Kecamatan Abeli, yang merupakan perkampungan nelayan. Perahu kecil hingga kapal samudra, baik yang tengah bersandar maupun melaju di teluk, bisa terlihat dari jalan.

Lepas dari Abeli, Anda akan memasuki Kecamatan Moramo Utara. Jalan aspal dan lurus dengan pemandangan rumah-rumah kayu penduduk, yang diselingi rerimbunan pohon. Suasana pedesaan yang asri tersuguhkan.

Melintasi Desa Wawatu dan Mata Wawatu, terdapat perbukitan batu dan marmer. Di kiri jalan, tampak eksotisme bukit-bukit batu yang terjal. Sebagian penduduk kedua desa itu bermata pencaharian sebagai penambang.

Memasuki Kecamatan Moramo, tepatnya di Desa Lapuko, perjalanan mulai menantang. Jalan yang sejak memasuki Abeli beraspal mulus, berubah menjadi kerikil, batu, dan tanah. Kendaraan praktis tak bisa dipacu tinggi dan kewaspadaan mengemudi harus ditingkatkan.

Setelah Lapuko, ketidaknyamanan jalan offroad itu masih ditambah tantangan medan yang berbukit dan berselimut hutan. Kondisi serupa dialami saat memasuki Desa Sumbersari, lokasi air terjun Moramo.

Namun, semua rintangan itu akan terbayar saat kita tiba di lokasi. Perjalanan dengan kendaraan berakhir di gerbang retribusi, dan harus dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak selama 20 menit. Tarif masuk air sangat terjangkau, yakni Rp 2.000 per orang, ditambah retribusi kendaraan Rp 2.000 untuk sepeda motor dan Rp 5.000 untuk mobil.

Bagi pencinta trekking, perjalanan dari gerbang retribusi menuju air terjun akan sangat menyenangkan. Selain udara yang bersih nan sejuk, hijaunya rerimbunan hutan suaka margasatwa Tanjung Peropa sungguh memanjakan mata.

Di kawasan konservasi seluas total 38.937 hektar itu hidup beraneka macam flora dan fauna, di antaranya rusa, kuskus, kupu-kupu, dan berbagai jenis burung. Terdapat pula satwa endemik Sulawesi, seperti monyet hitam dan anoa.

Tiba di air terjun, pengunjung bisa segera membuyarkan rasa penasaran, dengan sekadar celup-celup kaki atau langsung jebar-jebur menikmati derasnya luncuran air. Pengunjung bisa pula berendam atau berenang-renang di telaga kecil yang tenang berkedalaman satu meter.

Struktur air terjun merupakan batuan kesat dan tumpul sehingga relatif tak berbahaya. Jika kuat, bisa juga mencoba menaiki air terjun hingga puncak (sekitar 50 tingkat) dengan menapaki jalur pinggiran. Namun, disarankan untuk berhati-hati karena konturnya sulit didaki dan licin.

Saat Kompas berkunjung, awal Maret lalu, banyak keluarga dan muda-mudi yang berekreasi di sana. Mereka menggelar tikar sambil menikmati bekal santapan. Tidak ada warung, penjaja makanan, maupun jasa lainnya di air terjun, kecuali di gerbang retribusi.

Menurut cerita masyarakat, konon air terjun itu merupakan tempat bidadari-bidadari khayangan turun untuk mandi. Benar tidaknya cerita itu tentu tak perlu dipusingkan. Setidaknya, banyak ”bidadari” bumi yang terlihat bercengkerama di sana.

Petugas pengelola air terjun Moramo, Jumali, mengatakan, air terjun ini ditemukan oleh warga transmigran asal Jawa sekitar 1980-1982 saat membuka hutan untuk memasang jerat anoa. ”Setelah pembuatan jalan ke lokasi pada tahun 1989, pada tahun 1990 air terjun mulai dibuka sebagai obyek wisata,” katanya.

Puncak keramaian pengunjung biasanya terjadi pada saat libur Idul Fitri, Idul Adha, dan Tahun Baru yang bisa mencapai 3.000 orang per hari. ”Kalau hari biasa, 100 orang,” ujarnya.

Windi (32), salah satu pengunjung hari itu mengatakan, air terjun Moramo menjadi salah satu lokasi favoritnya berwisata karena tempatnya yang masih alami. ”Selain itu, jaraknya relatif dekat dengan Kota Kendari,” ujar pegawai negeri sipil tersebut.

Hal serupa juga dikemukakan Nasruddin (34), pengunjung lainnya, yang merasa cocok berwisata ke Moramo karena selain bisa menikmati air terjun, ia juga bisa mendapatkan suasana asri hutan sekeliling. ”Suasananya tenang. Tidak bisa didapat kalau di kota,” ujar warga Kendari ini.

Namun, keduanya menyayangkan minimnya fasilitas penunjang di Moramo, seperti balai peristirahatan, kamar mandi, maupun tempat sampah.

”Pemerintah setempat harusnya memberi perhatian. Sayang, tempat begini bagus tapi tidak ditunjang fasilitas memadai,” kata Windi.

Ungkapan Windi dan Nasruddin memang beralasan. Air terjun yang berpotensi wisata besar ini kekurangan sarana dan fasilitas. Ruang untuk mandi-cuci kakus (MCK) yang ada sudah tidak berfungsi dan hanya bisa digunakan sebagai bilik salin pakaian.

Sebuah balai panjang tempat pengunjung berteduh juga telah rusak dimakan usia. Tempat pembuangan sampah juga tak tersedia sehingga keindahan Moramo ternodai sampah yang berserakan.

Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Provinsi Sultra Aditya Abusaila mengatakan, air terjun Moramo merupakan salah satu obyek wisata potensial Sultra. Namun, ia mengakui infrastruktur pendukung belum lengkap, terutama akses jalan yang sebagian masih rusak. ”Tahun ini, kami sudah anggarkan pembangunan balai-balai istirahat atau gazebo. Kami juga akan mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk membuat cottage,” ujar Aditya.

Kekurangan lain, seperti perbaikan jalan, fasilitas MCK, dan tempat sampah, diharapkan datang dari inisiatif pemerintah kabupaten setempat yang berwenang atas obyek tersebut.

Terlepas dari itu, air terjun Moramo amat sayang untuk dilewatkan jika berkunjung ke Sultra. Siapa tahu, bisa bertemu bidadari di sana....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

    Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

    Travel Tips
    Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

    Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

    Travel Update
    Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

    Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

    Travel Update
    4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

    4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

    Travel Tips
    Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

    Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

    Jalan Jalan
    4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

    4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

    Travel Tips
    Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

    Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

    Travel Update
    Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

    Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

    Jalan Jalan
    Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

    Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

    Jalan Jalan
     7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

    7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

    Jalan Jalan
    5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

    5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

    Travel Tips
    Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

    Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

    Jalan Jalan
    Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

    Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

    Travel Update
    Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

    Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

    Travel Update
    Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

    Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

    Travel Update
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com