Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tambang Liar Ganggu Habitat Kahayan

Kompas.com - 07/04/2011, 18:33 WIB

PALANGKARAYA, KOMPAS.com - Penambangan emas liar di Kalimantan Tengah serta erosi menyebabkan konsent rasi partikel tanah di Sungai Kahayan jauh melampaui ambang batas. Kondisi itu mengganggu habitat mahluk hidup di sungai karena berkurangnya kandungan oksigen.

Kepala Subbidang Pencemaran Air Sungai , Badan Lingkungan Hidup Kalteng, Adiyaksa Prasidapati di Palangkaraya, Kamis (7/4/2011), mengatakan, konsentrasi partikel tanah yang ditunjukkan dengan residu tersuspensi atau total suspended solid (TSS) di Sungai Kahayan bisa mencapai 252 miligram (mg) per liter. Bahkan, ada titik tertentu yang angkanya mencapai 320 mg per liter.

"Jumlah yang baik tak melebihi 50 mg per liter. Kami telah me ngambil sampel pada Agustus 2010 ternyata TSS melebihi baku mutu," katanya.

Panjang sungai Kahayan sekitar 600 kilometer dan lebar bisa mencapai 400 meter. Penambangan emas banyak ditemukan di daerah hulu yakni di Kabupaten Gunung Mas dan Pulang Pisau.

Penambangan emas liar menggali lumpur dan batu dari dasar sungai. Partikel tanah pun berhamburan dan terangkat ke arah permukaan air. Selain penambangan emas liar di kawasan hulu, persoalan itu dipicu erosi a kibat semakin berkurangnya pohon di bantaran sungai.

Longsor akibat kegiatan di hutan-hutan yang tak terkendali sekitar sungai juga menyebabkan TSS berlebihan. Angka TSS tinggi dapat dilihat dari air yang terlihat amat keruh, ujarnya.

Air menjadi pekat dengan partikel tanah. Angka TSS yang tinggi ditemukan misalnya di Desa Bawan, Kecamatan Banamatingang dan Desa Bukit Rawi, Kecamatan Kahayan Tengah. Kedua desa itu terletak di Kabupaten Pulang Pisau.

Kandungan partikel tanah yang amat tinggi menyebabkan sinar matahari terhalang masuk ke Sungai Kahayan. Proses fotosintesis tumbuhan sungai pun terganggu.

Pertumbuhan fitoplankton yang menyerap karbondioksida dan mengeluarkan oksigen terhambat. "Jadi, kandungan oksigen berkurang," kata Adiyaksa.

Fitoplankton yang menjadi makanan ikan-ikan kecil di sungai pun berkurang. Kondisi itu dikhawatirkan membuat populasi ikan lambat laun dapat menyusut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com