Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan-jalan di Old Delhi

Kompas.com - 08/04/2011, 16:27 WIB

Karena tidak ingin mengganggu kegiatan mereka, kami segera mengakhiri kunjungan kami di Masjid Jama, lagi pula orang yang datang juga makin padat saja. Perut kami mulai keroncongan rasanya, bergegas saja kami menuju restauran terdekat, niat kami mau bertandang ke Karims sekali lagi, tapi sayang di hari Jumat, restoran ini juga tutup, akhirnya kami kembali ke restoran Jalebiwala, restoran yang sama saat kami makan malam dengan Shiva beberapa hari lalu.

Adzan mulai terdengar, orang-orang makin berdesakan untuk segera sampai di masjid, kami terus menyusur pada jalan menuju Mina Bazaar, pemandangan nampak riuh sekali dengan pedagang-pedagang, dari mulai pakaian hingga makanan. Hati-hati buat kaum hawa ketika melewati sekitaran daerah ini, dari informasi dan pengalaman teman yang kami dengar, sering terjadi kejadian tidak menyenangkan disini, terutama oleh para pria iseng yang doyan menjamah, colek-colek wanita yang lewat, apalagi wanita dengan pakaian tidak menutup aurat.

Benteng Merah

Mina bazaar memang nampak agak kumuh dari yang kami duga, banyak kolam dengan genangan air yang menghijau akibat lumut yang tumbuh karena masa. Padahal menurut sejarah dulunya bazaar ini merupakan pertokoan paling bergengsi di zamannya. Meninggalkan kemacetan penuh orang tersebut, kami mulai berjalan menuju halaman depan The Red Fort, tidak cukup jauh, tapi panas nya membuat serasa jalan 10 km. Kami segera membeli tiket masuk seharga 250 rupees dan menitipkan ransel kami di penitipan barang.

Berbekal sebotol air dan kamera kesayangan kami, kami memulai pencarian kami tentang situs-situs budaya dan sejarah yang tertambat disekitar benteng besar ini. Nama lainnya Lal Qila, luasnya sekiar 2,4 hektar hampir semua komposisi bangunannya terbuat dari bata merah. Pemiliknya yang tersohor, Raja Shah Jahan dari Emperor Mughal.

Benteng kokoh  yang di gaungi oleh Ustad Hamid dan Ustad Ahmad, dua arsitek muda handal kesayangan raja Mughal ini didirikan pada abad 17 dengan meletakkan 2 pintu gerbang di sebelah Barat dan Selatan, Lahore Gate dan Delhi Gate. Tampak di sebelah Barat terdapat Lahore Gate yang merupakan Pintu Utama akses menuju istana dan sekarang menjadi satu-satunya entrance untuk para wisatawan lokal maupun mancanegara.

Pada bagian Lahore Gate terdapat Naubat Khana atau ruangan bermusik beserta galerinya,dan ruangan ini memiliki 4 lantai, keberadaan luas ruangan ini berkaitan erat dengan hobi dan minat sang raja dibidang seni musik. Tepat di depan Lahore Gate juga terdapat akses menuju Mina Bazaar atau dikenal juga dengan nama Chatta Chowk, dulu bazaar ini merupakan sentra penjualan paling besar dan mewah dengan kebersihannya yang sangat terjaga, namun seiring perkembangan zaman dengan kebiasaan masyarakatnya yang tidak lagi menjunjung tinggi kebersihan, maka Mina Bazaar telah menjadi pasar yang penuh sesak dan kumuh.

Setelah pintu masuk terdapat sebuah pintu gerbang lagi sebagai simbol selamat datang bagi tamu-tamu Raja karena bagian pintu gerbang utama digunakan untuk pusat penjagaan. Pada lorong menuju halaman depan istana ini sekarang digunakan oleh para pedagang cinderamata yang memiliki lisensi khusus dari pihak manajemen setempat. Yang unik dari toko-toko kecil ini adalah setiap toko menjual hasil kerajinan dari masing masing daerah wisata sesuai dengan nama tokonya. Ini berguna bagi Anda yang tidak sempat sampai ke kota wisata lainnya dapat membeli souvenirnya di tempat ini sebagai kenang-kenangan.

Terdapat banyak bangunan-bangunan penting dengan setiap gaya dan manfaat yang berbeda pada setiap ruangan yang masih berlokasi di dalam komplek Benteng Merah ini, antara lain Diwani-I-Am yang merupakan Bangsal Umum, ini ruangan dimana Raja menemui tamu-tamunya dari kalangan masyarakat umum. Ruangan yang berbentuk segi empat melebar ini bernuansa "Pietradura" yaitu termbok-tembok yang berkanopi ukiran-ukiran seperti juga yang terdapat di Taj Mahal.

Tepat di depan Diwani-I-Am terdapat Diwani Khas atau Bangsal Pribadi, yang merupakan tempat Raja duduk di Singgasana Merak dalam menghadiri pertemuan pribadinya, atau sekadar menerima laporan-laporan dan saran serta kritik dari sang perdana menterinya. Ornamen ruangan ini juga tak jauh beda dengan bangsal umum, sepertinya menggambarkan keindahan Pietradura di setiap sisinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com