Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjelajahi Kota Tua dengan Senter...

Kompas.com - 09/04/2011, 15:42 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com - Jagra (70) mulai berjalan pelan karena lelah. Namun matanya masih menyorotkan semangat menjelajahi Kota Tua, Jakarta. Usia bukan halangan baginya untuk menempuh perjalanan secara jalan kaki. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam saat peserta Wisata Malam Kota Tua Jakarta terkesima dengan sisa-sisa benteng VOC. Berbekal senter, mereka menjelajahi Kota Tua mulai dari berbagai museum, jalanan, dan bangunan bersejarah di tengah gelapnya malam.

Sebelumnya, para peserta berjalan iring-iringan membelah perkampungan sempit. Lalu melewati kolong tol hingga menyusuri kali Ciliwung. Beberapa peserta sudah mulai bertanya-tanya ke manakah akhir perjalanan ini. "Ini kita mau dibawa ke mana, ya?" tanya Jagra kebingungan namun penasaran. Tembok tinggi dari batu bata mulai terlihat di sisi jalan. Kemudian, rombongan diarahkan berjalan ke sebuah reruntuhan. Ternyata lokasi tersebut dulunya adalah gudang rempah-rempah VOC sisi timur.

Sisa-sisa reruntuhan tembok merupakan benteng Batavia. "Tadinya beberapa tembok menyambung, tapi sekarang sudah tidak lagi," jelas pendiri Komunitas Historia Indonesia (KHI), Asep Kambali. Ia menuturkan benteng tersebut banyak yang telah digusur warga untuk menjadi lahan huni. Di atas benteng yang berlebar sekitar dua meter tersebut, berfungsi sebagai tempat para tentara kolonial melakukan patroli. Di tengah kegelapan malam pun terlihat benteng tersebut terbuat dari batu bata merah.

"Bata merah itu buatan lokal dari Tangerang. Kalau diperhatikan ada yang bata berwarna agak kuning, itu buatan Belanda. Ini terbuat dari batu andesit yang biasa dipakai untuk pemberat kapal," kata Asep. Sayang, benteng kokoh VOC itu kini hanya reruntuhan tak terawat.

Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Pelabuhan Sunda Kelapa untuk melihat kayu-kayu yang merapat. Sensasi melihat Pelabuhan Kelapa Sunda di malam hari memang sangat berbeda. Siang hari, lalu-lalang pekerja dan kapal-kapal begitu ramai dan padat. Sementara malam hari, kapal-kapal begitu tenang layaknya sedang tertidur. "Dulu Pelabuhan Sunda Kelapa diterjang tsunami tahun 1883 saat Krakatau meletus. Akhirnya Belanda bikin pelabuhan baru, Pelabuhan Tanjung Priok," jelas Asep.

Perjalanan berlanjut ke pemberhentian terakhir yaitu Jembatan Kota Intan. Asep menceritakan jembatan tersebut selalu berganti-ganti nama. Mulai dari sebutan Jembatan Inggris, Jembatan Juliana, sampai Jembatan Pasar Ayam. "Disebut Jembatan Pasar Ayam karena banyak yang jualan ayam di sini," terang Asep.

Ia menuturkan saat ini, jembatan tersebut sudah tidak bisa diangkat. Pada masa kolonial, kapal-kapal yang mau masuk pelabuhan bisa melewati jembatan tersebut.

"Di kali di bawah kita ini, banyak artefak meriam dan juga mungkin tengkorak etnis Tionghoa saat pembantaian 1740. Meriam Si Jagur yang ada di Museum Fatahillah juga ditemukan di sini," kata Asep. Tepat di Jembatan Kota Intan waktu sudah menujukan pukul satu pagi.  Di lokasi terakhir inilah para rombongan pun pulang.

Di tengah kegelapan malam, mereka menempuh perjalanan sejak pukul sembilan malam mulai dari Museum Bank Mandiri. Lelah sudah pasti. Karena total perjalanan yang sepenuhnya ditempuh dengan jalan kaki tersebut berlangsung selama empat jam. Tapi rasa lelah terbayar dengan pengetahuan sejarah. Ibaratnya pelesir berilmu. "Kapan ada lagi? Saya mau ikutan lagi," tanya Jagra saat acara selesai.

Asep menjelaskan wisata malam biasa diselenggarakan KHI sejak tahun 2005. "Bisa dibilang kita ini pelopor wisata malam. Awalnya malah dulu kita buat program menginap di museum," katanya. Ia menuturkan wisata menginap di museum tersebut terinspirasi dari film asal Amerika Serikat berjudul "Night in The Museum" yang dibintangi oleh Ben Stiller.

Kenapa wisata Kota Tua malah dilakukan di malam hari? Menurut Pendiri KHI Asep Kambali, nuasan wisata Kota Tua di malam hari sangat berbeda jika dilakukan di siang hari. "Lebih berasa kunjungannya. Kalau siang hari kan sudah biasa. Malah kalau malam lebih tenang dan gak ada macet. Yang kita kunjungi malam hari tidak hanya museum, tapi juga bangunan bersejarah," jelasnya.

Ia menceritakan saat pertama kali mengadakan wisata malam hari tersebut, banyak yang merasa takut. "Tapi makin ke sini malah makin ramai," lanjutnya.

Ia mengakui paket wisata Kota Tua di malam hari termasuk program tur favorit di KHI. KHI sendiri sudah sering mengadakan wisata Kota Tua di malam hari secara gratis. Namun, tambah Asep, banyak pula masyarakat umum yang meminta tur secara pribadi maupun rombongan di luar program gratis yang diadakan KHI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

    Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

    Jalan Jalan
    Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

    Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

    Travel Update
    Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

    Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

    Jalan Jalan
    Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

    Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

    Jalan Jalan
    Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

    Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

    Travel Update
    The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

    The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

    Jalan Jalan
    Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

    Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

    Travel Tips
    Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

    Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

    Travel Update
    Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

    Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

    Travel Update
    13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

    13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

    Travel Update
    Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

    Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

    Travel Update
    Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

    Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

    BrandzView
    Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

    Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

    Travel Update
    Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

    Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

    Travel Update
    ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

    ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

    Travel Update
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com