Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Harmoni Desa Penglipuran

Kompas.com - 14/04/2011, 08:34 WIB

Oleh: Ayu Sulistyowati

Bangli, satu-satunya dari sembilan kabupaten/kota di Pulau Bali yang tak memiliki kemolekan pantai laksana Kuta. Meski begitu, rugi rasanya jika berwisata ke Bali tanpa singgah di kabupaten ini. Panorama dan budaya unik seperti Desa Adat Penglipuran adalah daya tarik tersendiri.

Lokasinya pun mudah, tak jauh dari kesejukan Kintamani dan Istana Tampaksiring serta Tirta Empul (Kabupaten Gianyar). Desa ini terletak di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, sekitar 45 kilometer dari Kota Denpasar.

Begitu memasuki areal desa tersebut, mata sudah pasti akan bertemu arsitektur rumah yang hampir semuanya mirip.

Kemiripan bangunan rumah itu antara lain bentuk gerbang yang sama dengan sedikit atap dari bambu, pintu pun hanya selebar orang dewasa berkacak pinggang dengan tinggi sekitar dua setengah meter yang biasa disebut angkul-angkul, dan cat rumah menggunakan dari tanah, bukan cat tembok. Itu keunikan awal perjumpaan….

Kesamaan lainnya juga terdapat pada pembagian bangunan di dalam rumah, seperti bale, kamar, dan dapur. Hampir semuanya juga menggunakan bahan baku bambu.

Kepala Desa Adat Penglipuran I Wayan Supat (44) mengatakan, keseragaman bangunan baik bentuk dan bahannya itu semata-mata membina kebersamaan. Selain itu, mereka berharap bisa terus bersahabat dengan alam sehingga mampu ramah dengan lingkungan. Keramahan lingkungan itu pun menjadikan desa mendapat penghargaan Kalpataru.

Hanya saja, ia mengakui beberapa warganya mulai menggeser sebagian bangunannya dengan material batu bata dari asalnya bambu.

”Kami memang berupaya mempertahankan warisan leluhur. Namun, kami juga tak kuasa membendung modernisasi. Akhirnya, kami merelakan jika warga meminta izin membangun beberapa bagian rumahnya dengan bahan baku lain selain bambu. Toh, bangunan inti dan bentuk bangunan tetap tak berubah,” jelas Supat.

Namun, jangan khawatir. Harmoni yang terbangun di desa itu tak mengurangi keindahan alam yang ada. Dengan tiket wisatawan lokal Rp 7.500 per orang dan wisatawan asing Rp 10.000 per orang, kepuasan panorama indah dan keramahan masyarakatnya jadi nilai tambah siapa pun yang berkunjung ke sana. Sejak menjadi obyek wisata unggulan Pulau Dewata, setiap hari tercatat sekitar 100 wisatawan mengunjungi desa itu.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com