LARANTUKA, KOMPAS.com — Pekan suci atau Semana Santa menarik wisatawan terutama para peziarah dari Pulau Jawa. Semana Santa merupakan perayaan Paskah khas Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Para peziarah ini berwisata religi selama sepekan. Tak hanya Larantuka yang kecipratan wisatawan, beberapa destinasi wisata di NTT pun terkena dampaknya. Contohnya adalah Beni dan Hendri. Mereka asal Bogor dan Jakarta, tetapi bekerja di Manggarai, NTT. "Kami ke sini lewat darat. Semana Santa memang sudah terkenal di kalangan umat Katolik di Indonesia. Kami pikir mumpung sedang di NTT, kami sempatkan ke sini," tutur Beni, Jumat (22/4/2011). Hendri mengatakan bahwa mereka tidak hanya mampir di Larantuka, tetapi juga berwisata ke beberapa tempat, seperti Kelimutu di Ende.
Beberapa bus pariwisata pun tampak di titik-titik penginapan di Larantuka. Pun beberapa wisatawan dari Jawa yang menggunakan seragam, mengikuti semua prosesi Semana Santa. Menurut Chairman Indonesia-Portugal Friendship and Cooperation Association, Harry Pryohoetomo Haryono, acara ini sangat berpotensi menjadi obyek pariwisata.
"Sayang setiap daerah di NTT masih jalan sendiri-sendiri. Padahal NTT ada Komodo, lalu ada Kelimutu, dan event ini di Larantuka. Kalau digabung, ini bisa jadi paket pariwisata," tuturnya. Memang, biro perjalanan wisata yang mengatur wisata religi di Larantuka masih dipegang oleh tur operator dari luar NTT.
Sebelumnya, Project Manager Swiss Contact Ruedi Nuetzi mengatakan, pihaknya bersama pemerintah pusat tengah mengembangkan pariwisata Flores dengan usaha menyatukan setiap destinasi pariwisata yang ada di Pulau Flores. Caranya tentu saja dengan menyatukan visi dan misi dari semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan pariwisata. Mulai dari masyarakat lokal, industri pariwisata, pelaku pariwisata, sampai pemerintah daerah.
Swiss Contact sendiri merupakan LSM yang ditunjuk Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sebagai fasilitator untuk mendukung Destination Management Organization atau tata kelola destinasi pariwisata di Pulau Flores.
"Kami ingin memanfaatkan jalan trans-Flores sehingga bisa dibuat paket wisata melalui jalur darat. Untuk mewujudkan ini, setiap daerah harus memiliki hotel dan tempat makan. Juga perlu dikembangkan daya tarik atau obyek wisata dari setiap daerah yang dilewati," katanya kepada Kompas.com
Ia memberi contoh daerah Labuan Bajo. Sebagian besar wisatawan hanya memanfaatkan Labuan Bajo sebagai tempat transit.
"Turis biasanya langsung ke Komodo saja. Padahal banyak turis yang ke Labuan Bajo dan Labuan Bajo memiliki daya tarik wisata," jelasnya. Pihaknya ingin agar wisatawan lebih banyak lagi menghabiskan waktu di Flores.
"Jika ini terjadi, uang yang dikeluarkan turis juga semakin banyak dan bisa membantu perekonomian penduduk setempat," katanya. Karena itu, pihaknya mengembangkan sebuah branding untuk pariwisata Flores yang bertemakan "Flores, Explore the Extraordinary".
Taman Nasional Komodo memang tidak terletak di Pulau Flores. Namun akses menuju TNK adalah melalui Labuan Bajo yang berada di Pulau Flores. Dengan branding ini, pihak Kembudpar dan Swiss Contact berharap wisatawan dapat mengenal Flores tidak hanya Komodo, tetapi juga obyek-obyek wisata lainnya di sepanjang Pulau Flores.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.