Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gili Sulat dan Gili Lawang Masih Alami

Kompas.com - 28/04/2011, 08:24 WIB

Bekal dimulai dari ‘bantal’, istilahnya mbak Dewi untuk makanan Lombok yang terbuat dari ketan dengan isi pisang. Penganan ini dibungkus dengan daun kelapa yang dibentuk seperti ketupat. Sementara ini, Andri dan Deni, menyiapkan minuman berupa kelapa muda. Ternyata gabungan antara ‘bantal’ dengan air kelapa muda mampu mengganjal perut sehingga kami menunda makan siang. Selain masih kenyang, juga takut kalau kebanyakan makan akan berakibat kram pada saat ber-snorkeling nantinya.

Sambil berusaha mengais daging kelapa muda dengan menggunakan ’sendok’ dari kulit luar kelapa, acara jeprat jepret masih terus berlangsung. Bahkan Dinh dan Yen memanjat pohon mangrove untuk mendapat pose yang keren. Perut kenyang dengan suasana alami membuat mata mengantuk, apalagi tingkah suara satwa ibarat musik yang meninabobokan.

Hati dan pikiran seolah bekerja sama untuk menolak beranjak dari keindahan dan ketenangan hutan mangrove ini. Penyakit ‘kuap’ menyebar dengan cepat, seolah memberikan legitimasinya untuk tidak cepat-cepat meninggalkan pesona alam ini. Namun, bayangan akan keindahan laut juga menggoda.

Aaahh… sungguh suatu dilema, antara meninggalkan keindahan hutan mangrove dan membayangkan pesona bawah laut. Suatu pilihan yang sulit...

Akhirnya, setelah mengaso sejenak, kamipun berkemas untuk kembali bersnorkeling. Kali ini spot yang diambil adalah di depan Gili Sulat namun agak sedikit ke tengah. Dan satu persatu kami pun kembali menceburkan diri kedalam air. Kali ini kami beruntung, beragam ikan dari besar dan kecil terlihat bersileweran dimana-mana. Terumbu karang berwarna-warni menambah keindahan alam bawah air ini. Matahari yang semakin terik tidak menghentikan keasyikan menikmati pesona bawah laut ini, begitu juga ketika arus sudah mulai terasa kami tetap bergeming.

Pada saat arus semakin kuat, dengan berat hati acara wisata bawah air ini harus diakhiri. Waktu seakan berlari, padahal kami masih ingin berada dibawah air. Tak terasa sudah hampir pukul 3 sore, pestapun usai dan boatpun bergerak menantang arus kembali ke pulau Lombok. Terik mentari nyata membekas dikulit kami, namun dalam hitungan minggu akan hilang kembali. Tapi kenangan keindahan alam laut Gili Sulat dan Gili Lawang beserta keeksotikan hutan mangrovenya akan tetap membekas dihati. Insya Allah suatu saat kami akan kembali… (Kompasiana/Nana Arlina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com