Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pariwisata Indonesia Reposisi Harga

Kompas.com - 30/05/2011, 17:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pariwisata Indonesia tengah mengalami reposisi harga. Beberapa produk pariwisata Indonesia mengalami kenaikan harga.

"Teman-teman dari industri yang mengikuti pameran di ITB, Berlin, bilang mereka menaikkan harga 15-30 persen dan pasar bisa menerima harga itu. Ini pertanda bagus," kata Direktur Promosi Luar Negeri Kemenbudpar, Noviendi Makalam, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Ia menambahkan untuk jumlah kontrak yang disepakati tidak ada kenaikan yang signifikan dibanding tahun 2010. Namun, lanjutnya, dampak pendapatan penjualan di pameran wisata tersebut mengalami kenaikan hingga 20 persen.

"Tahun lalu hasil penjualan (kontrak) yang kita catat mencapai Rp 1,4 triliun. Tahun ini kita dapat Rp 1,72 triliun. Ini memperlihatkan Indonesia sebagai destinasi wisata tengah mengalami reposisi harga," jelasnya.

Dulu, menurut Noviendi, industri pariwisata Indonesia pernah mengalami reposisi harga. Pascabom Bali satu, industri pun menyesuaikan harga.

"Kondisi sekarang sudah membaik, jadi dinaikkan harganya. Penyesuaian itu tadinya sempat membuat khawatir tapi ternyata pasar Eropa Barat bisa terima. Pasar Australia sebagai salah satu pasar terbesar Indonesia tidak terganggu dengan kenaikan harga itu. Coba bandingkan Bali ke Perth masih lebih murah daripada Perth-Melbourne. Harga hotel juga lebih murah di Bali," katanya.

Tahun 2011, pihak Kembudpar telah mengikut 37 acara tingkat internasional, baik itu festival, pameran wisata, dan misi wisata. Setiap acara melibatkan industri pariwisata Indonesia.

"Dari 37 event selama Januari hingga Mei 2011, kita sudah hasilkan 6.487 dengan perkiraan devisa yang diperoleh mencapai Rp 3,5 triliun. Pengeluaran selama ini Rp 35,8 miliar," jelasnya. Angka pengeluaran tersebut adalah jumlah yang dikeluarkan untuk sewa lahan, konstruksi booth, dan biaya lainnya yang menggunakan anggaran pemerintah.

"Kalau swasta 50 persen dan pemerintah 50 persen berarti sudah total pengeluaran sekitar Rp 70 miliar. Jadi keuntungannya berarti 50 kali lipat," katanya.

Seringkali hal yang paling dikomentari saat Indonesia mengikuti pameran wisata di luar negeri adalah bentuk stan yang sederhana. Misalnya stan Indonesia di ATM Dubai pada Mei 2011 yang cenderung lebih gelap dibanding stan lain. Sangat menyolok dibanding stan Malaysia yang begitu mewah berbentuk rumah panggung.

"Kita keluar dana untuk booth di ATM Dubai itu Rp 700 juta. Kalau Malaysia keluar uang sebesar Rp 3 miliar. Tidak bisa dibandingkan. Memang, kendala di dana untuk membuat tampilan booth lebih bersaing," kata Noviendi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com