Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

City Palace, Sisa Peninggalan Maharaja

Kompas.com - 01/06/2011, 15:46 WIB

KOMPAS.com - Sebagaimana sisi kerajaan yang masa kini banyak dibuka untuk umum, bekas peninggalan Maharaja yang konon masih dihuni salah satu generasi penerusnya itu pun, menuai sisi keanggunan yang bisa kita nikmati dalam norma dan etika yang dihadirkan dalam setiap sisi bangunan dan taman yang mengelilinginya.

City Palace, konon dibangun atas dasar kekuasaan dan kecermatan Maharaja Jai Singh di awal abad 20 SM, tapi isu yang nampak pada setiap bangunannya sekarang adalah hasil campuran seni arsitektur Rajashtani dan Mughal. Sisi kepribadian Maharaja pun sampai kini masih diabadikan dalam seven-storey yang disebut Chandra Mahal, yang merupakan tempat tinggal khusus Maharaja dan keturunannya, dan tentu saja untuk menjaga privasi hidup mereka, side ini masih ditutup untuk pengunjung.

Seakan tak pernah sepi, pengunjung selalu terlihat antre untuk menyusuri setiap seni yang ada didalamnya, pihak kerajaan setempat pun membuka aktivitasnya sejak pukul 9.30 hingga pukul 17.00. Mereka memberi tarif masuk sebesar 200 Indian Rupees, harga tersebut juga termasuk tiket mengunjungi Benteng Jaigarh.

Pada alun-alun pintu gerbang City Palace, Anda akan disambut dengan pelataran Diwan-I-Khas, dulunya ini adalah tempat private audience Raja dalam menyambut tamu-tamunya, sebuah replika dua kapal laut yang cukup besar terbuat dari perak dipamerkan, dan sebut punya sebut kapal perak ini disebut kapal perak terbesar di dunia. Sekarang, pelataran yang dulunya adalah aula ini dialihfungsikan sebagai taman dan galeri-galeri art khusus cipta karya aliran Rajhastani.

Anda dapat mulai menyusur pada 2 pintu masuknya, Virendra Pol dan Udai Pol. Tetapi yang paling umum digunakan adalah pintu Virendra Pol. Dari pintu ini Anda akan disambut oleh Mubarok Mahal atau disebut juga Welcome Palace. Dulunya digunakan Raja sebagai ruangan untuk menyambut tamu-tamu besarnya, kombinasi arsitektur Islam, Rajput, dan Eropa ini konon dibangun oleh Maharaja Sawai Madho Singh II pada abad ke 19, yang sekarang lebih difungsikan sebagai galeri kostum, galeri ini kental dengan gaya berpakaian sang Raja di zamannya.

Selanjutnya, Anda akan diperlihatkan kemegahan Armoury, disini museum senjata abad ke 15 masih nampak kinclong bersejarah. Dulunya museum ini merupakan istana khusus para Maharani, alias para istri Raja,  Diwan-I-Am atau Hall of Public Audience yang diperuntukkan bagi para tamu kerajaan dari kalangan masyarakat, dan Diwan-I-Khas alias hall of privat audience, dimana konon Maharaja mendengarkan masukan dan saran dan menerima tamu kerajaan khusus.

Chandra Mahal yang difungsikan sebagai kediaman pribadi keturunan Raja konon juga sangat menarik, ornamen-ornamen yang terbuat dari serpihan kaca-kaca eksklusif berpadu dengan cipta karya lukisan-lukisan dengan kanvas paling lembut nampak jadi kemewahan tersendiri bagi tujuh cerita alias keturunan sang Raja, yang sayangnya tempat ini tertutup untuk umum. Konteks keagamaan Hindu pun masih lekat terasa pada bangunan kuil bernama Govind Dev Ji Temple. Kuil yang menampilkan keharmonisan sisi Dewa Khrisna dan Dewi Radha ini khusus didedikasikan Raja Jai Sawai Singh II untuk dewa Khrisna, sejumlah festival pun dirayakan setiap menjelang hari kelahiran sang Dewa.

Dan masih banyak sisi lain yang Anda bisa rasakan dari setiap makna seni yang ditampilkan ruangan yang mayoritas telah dijadikan sebagai pusat museum kerajaan ini. Tidak hanya itu, puas mengunjungi pedalaman City Palace, di pintu keluarnya pun Anda masih disuguhkan berbagai kemewahan ala kerajaan, seperti yang tertuang dalam menu restoran ala bintang lima di halamannya. Jangan tanya soal harga di tempat semewah ini, Anda bisa merasakan menjadi seorang Raja dari konteks pelayanannya, yang konon masih mencerminkan cara pelayanan waktu zaman kerajaan dulu.

Tak hanya City Palace, kemewahan dan keunikan lainnya masih masih sangat menarik untuk disimak, seperti halnya kemegahan dari Observatorium Jantar Mantar yang masih sangat perfectionis menurut masanya, hingga melakoni Pink City Walking Tour yang masih menyuguhkan keunikan dari kehidupan tradisional sejak zaman kerajaan dulu. (Zee)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com