Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"The Walker" Terpesona Nusa Penida

Kompas.com - 06/06/2011, 09:07 WIB

"Makanannya untuk saya itu jenis makanan sehat dan murah karena bahan utamanya ikan laut. Sehat karena dibuka dengan sup fish meat ball, keren kan namanya, lalu lanjut dengan fish satay, minumnya kelapa muda," tutur Herman.

Pada Rabu (1/6/2011), Herman sampai di Padang Bai, Karangasem. Itu artinya ia telah berjalan sejauh 50 kilometer. Di Padangbai, ia sempat geregetan dengan aparat di pelabuhan. Rencananya, ia akan menyeberang dengan feri menuju Lombok.

"Aparat pelabuhan yang sama sekali gak kooperatif, bahkan gak punya inisiatif untuk kasih moral support. Mungkin hari kedua saya rada lelah karena cuaca berubah-ubah. Waktu start hujan keras banget, menjelang makan siang malah panas dan waktu mau istirahat makan siang, tim escort saya cari saksi dan ketemu pos polisi. Waktu dijelaskan tentang proyeknya, bukannya support dengan paling tidak bersedia jadi saksi malah kasih alasan berbelit soal surat jalan, surat inilah itulah. Akhirnya waktu sampai di Padangbai, tim saya pikir itu kan titik akhir mainland Bali, jadi mestinya aparat bisa mengerti, karena kita tidak bisa minta sembarang orang jadi saksi. Mampirlah di pos, ternyata sambutannya podo wae (sama saja). Surat inilah, itulah," tuturnya kesal.

Herman menjelaskan saksi yang diperlukan minimal dua orang per hari dan harus di posisi yang kredibel seperti polisi, TNI, pejabat setempat, kepala desa, notaris, dokter, dan sebagainya. Saksi ini fungsinya untuk dikonfirmasikan oleh pihak Guinness World Records. Selama melakukan jalan kaki dari tahun-tahun lalu, ia memang pernah menghadapi kasus serupa dari aparat.

"Karena saya sampai di Padangbai sore dan jengkel dengan prosedur aneh-aneh yang ditanya, akhirnya karena saya dan tim sibuk cari saksi, saya putuskan supaya gak capai karena langsung nyeberang, kami cari penginapan dulu untuk semalam. Setelah bayar, mahal juga sih untuk sebesar 100 ribu, saya baru tahu kalau perjalanan ke Lombok antara 4-7 jam. Tahu gitu gak usah bayar penginapan, tapi tidur di feri. Akhirnya, gara-gara lama tidak dapat saksi, saya keluar biaya penginapan, plus ubah rute dengan lewat Nusa Penida dulu. Seharusnya Padangbai langsung ke Lombok," ungkapnya.

Tapi, mengapa Herman "The Walker" Wenas harus bersusah-susah ke Nusa Penida dulu? Padahal dari Nusa Penida pun ia harus balik ke Padangbai, sebab tidak ada feri langsung dari Nusa Penida ke Lombok.

"Alasan ke Nusa Penida, karena saya terbentur dengan libur panjang. Jadi pengiriman dana untuk kebutuhan di Lombok tersendat. Sedangkan saya gak mau beredar-edar di lingkungan pelabuhan, karena aparat pelabuhan itu tadi. Jadi saya cari yang paling murah dan sesuai cost. Saya ke Nusa Penida sambil tetap bisa jalan dan juga biaya lebih murah di sana sambil tunggu kiriman dana backup," ungkapnya.

Alasan lain, tambahnya, karena pihak Guinness World Records mensyaratkan untuk daerah yang ada transportasi umum harus ia jalani. Kecuali daerah itu hanya tersedia transportasi yang carter, ia pun bisa diperbolehkan untuk tidak menjalaninya. Walaupun sempat kesal, kejengkelan Herman itu pun terbayar sudah saat menginjakan kaki di Nusa Penida.

"Nusa Penida itu tempat yang betul-betul bagus. Saya banyak foto di sana. Soal pengembangan mestinya kontekstual, yang tetap mempertahankan budaya setempat. Taraf sosial perlu meningkat dibarengi kebanggaan budaya supaya penduduk gak geger budaya. Nanti bisa-bisa malah jadi rusak budaya setempat," ungkapnya.

Rute di Nusa Penida yang ditempuh Herman hanya dari titik barat atau Pelabuhan Toyo Pakeh, ke titik timur di bagian utara pulau yaitu Batumulapan. Di Nusa Penida, Herman sempat mengalami kejadian lucu bersama turis asing yang ditemuinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com