Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Mutiara Berharap Omset, 12 Juta

Kompas.com - 17/06/2011, 15:35 WIB

TENGGARONG, KOMPAS.com - Seorang pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang berjualan di stand Pameran Pekan Nasional (Penas) XIII yang berlangsung 18-23 Juni, berharap bisa beromzet atau mendapat hasil penjualan kotor senilai Rp 12 juta/hari.

"Saya berharap target itu bisa terpenuhi karena di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) yang menjadi pusat penyelanggaran kegiatan nasional ini merupakan kabupaten terkaya di Indonesia," kata Subqi, pelaku UMKM yang menjual berbagai aksesoris dengan bahan utama Mutiara Lombok, saat ditemui di Tenggarong, Jumat (17/6/2011).

Keinginan itu menurutnya tidak terlalu muluk, karena selain di Kukar, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan daerah kaya, kegiatan Penas Petani dan Nelayan ini juga didatangi lebih dari 30.000 orang dari seluruh Indonesia.

Subqi yang kelahiran Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini mengaku, kedatangannya ke Kaltim kali ini merupakan yang kedua kalinya, kedatangan yang pertama adalah saat Kaltim menjadi tuan rumah PON XVII 2008.

Saat itu, pada hari pertama hingga keempat, hasil penjulannya per hari rata-rata mencapai Rp 5 juta, namun mulai hari kelima hingga hari ketujuh, omzetnya berkisar antara Rp 7 hingga Rp 8 juta per hari.

Terkait dengan itu, maka Subqi yang sudah berada di Tenggarong bersama istri dan tiga anaknya sejak lima hari lalu itu, optimis mampu beromzet hingga Rp 12 juta, atau seminim-minimnya Rp 10 juta per hari, pasalnya diperkirakan peredaran uang yang beredar saat Penas ini minimal Rp 90 miliar selama sepekan.

Berbagai perhiasan mutiara yang dia jual itu harganya bervariasi, yakni berkisar antara Rp 200 ribu hingga Rp 3 juta per unit, mulai dari jenis cincin, gelang maupun kalung.

Jika mutiara yang dijual berasal dari air tawar, maka harganya murah, yakni antara Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu, namun jika mutiara yang dijual berasal dari air asin atau laut, maka harganya jauh lebih mahal, yakni antara Rp 700 hingga Rp 3 juta per perhiasan jadi.

Dia juga mengaku jarang pulang kampung ke NTB karena selalu keliling ke berbagai provinsi di Indonesia. Sebelum datang ke Tenggarong, dia dan keluarga juga membuka stan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan karena di daerah itu beberapa waktu lalu menjadi tuan rumah STQ.

Di daerah itu, dia mampu menjual perhiasannya dengan omzet Rp 5 juta per hari. Namun hasil dari penjualan itu kemudian dibelikan dagangan untuk dijual lagi. Hasil penjualan itu diakuinya masih harus dipotong makan dan biaya operasional lain.

"Saya mulai menekuni bisnis ini sejak 18 tahun lalu. Saat itu saya memulainya dengan berjualan mutiara ke Kalimentan Tengah saat di daerah itu menjadi tuan rumah Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ)," ujar Subqi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com