Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varanasi di Sore Hari....

Kompas.com - 25/06/2011, 16:29 WIB

Tapi aura mistis dan dan misterinya begitu kuat membius pengamatan kami, kuat dengan athmosphere hitam yang menjadi tanda kehormatan atas seorang Dewi Hindu yang konon menguasai Sungai Gangga ini. Sembari menikmati kari tofu dan noodlle biryani kami mencoba membaca cerita film berbahasa Hindi yang ditayangkan stasiun TV lokal India di penginapan ini. Anil Kapoor, aktor kawakan itu tengah main di Star Movie ternama zaman kami sekolah dulu, entah apa judulnya tapi kami masih ingat jalan cerita film tersebut, hingga meski tidak mengerti bahasa yang digunakan, kami masih tetap mengingat sedikitnya dialog di 10 tahun silam itu.

Mentari mulai tenggelam di ufuk seberang Sungai Gangga, disambut gemerincing lonceng-lonceng yang makin ramai terdengar, diselingi suara-suara melengking yang melagukan mantra-mantra suci Hindu merasuk di embusan angin. Kami teringat tanah kelahiran yang biasanya menyuguhkan adzan Maghrib dengan shalawatan yang membius para muslim kedalam ketaatan saat matahari tengah terbenam. Aura ketaatan itu kini tak kalah kuatnya kami rasakan, ketaatan para pemeluk Hindu di Varanasi memang terbilang bagai ketaatan sorang Muslim di negara Arab sana, karena kota Varanasi memiliki kesamaan derajat bagi pemeluk agama Hindu, seperti Mekkah bagi Islam, seperti Bethlehem bagi umat Kristiani.

Sekejap kota ini jadi gelap, tak ada pencahayaan canggih yang menerangi, tak lain hanya cahaya lilin, dan lentera-lentera kuno yang dipasang, konon bukan karena kota ini terbelakang, seutuhnya daerah sekitar ghat di Varanasi memang mengusung lilin dan lentera pemujaan mereka untuk menerangi malam mereka, berharap berkah dari lilin dan lentera pemujaan yang mereka nyalakan.

Malam ini kami tak begitu selera untuk meneruskan makan malam, karena menu beberapa jam lalu terasa masih memenuhi lambung. Kami memutuskan hanya minum beberapa gelas chai saja sebelum akhirnya kembali ke kamar dan beristirahat. Melihat baju-baju kotor yang mulai menumpuk dan bau, kami mencoba pelayanan laundry murah yang ditawarkan penginapan ini, 16 potong pakaian hanya habis 223 Rupees. Tapi kami sempat membayangkan bagaimana jadinya jika pakaian kami dicuci dengan air sungai yang coklat kehitaman itu. Lelah berpikir negatif, kami biarkan saja cucian itu dibawa oleh resepsionis hingga hasilnya nampak besok sore.  (Zee)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com