Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selamat Datang di Lembah 72 Air Terjun!

Kompas.com - 03/07/2011, 06:17 WIB

Sebelum berganti bus kami menyempatkan berbelanja aneka roti di Bäckerei von Allmen yang telah eksis selama 25 tahun, sekaligus mampir ke ATM di samping toko roti tersebut.

Memasuki Lembah Lauterbrunnen, beberapa air terjun yang mempercantik paras pedesaan seolah tersenyum menyambut kami. Selamat datang di lembah 72 air terjun! Saya tidak dapat menahan takjub sekaligus iri saat melewati salah satu rumah yang berlatar belakang gunung batu dengan air terjun jatuh tepat di halaman belakangnya. Ah, I want it too...

Papan besar bertuliskan Trümmelbachfälle sebagai penanda terpampang jelas tak jauh dari bus stop.  Kawasan ini dilengkapi tempat parkir yang luas, restoran di bagian paling depan, serta toko souvenir di bagian tengahnya. Waktu lima menit yang diperlukan untuk berjalan menuju loket masuk air terjun kami habiskan lebih lama karena terlalu asik melahap keindahan yang terpampang, baik dengan mata telanjang maupun kamera.

Jungfrau, Eiger dan Mönch terlihat putih meninggi, sempurna terbingkai rerumputan hijau segar ditimpali warna-warni dedaunan. Menyaksikan dominasi hijau daun tergantikan kuning, merah, dan kecoklatan merupakan kenikmatan tersendiri saat musim gugur tiba. Bibir tak henti-hentinya menyerukan kekaguman, magis ini terlalu besar untuk disimpan sendiri.

Gegas langkah kami menapaki satu arah. Ke perut gununglah kami menuju, memburu fenomena alam nan unik bernama Trümmelbachfälle; rangkaian air terjun yang berasal dari glasier 3 gunung es tertinggi dan terindah di Eropa. Lelehan salju Jungfrau, Eiger dan Mönch yang melegenda ini membentuk 10 air terjun di dalam gunung kapur dengan jarak antara yang tertinggi dan terendah sejauh 140 meter. Magnificent!

Lift terowongan siap membawa kami ratusan meter diatas permukaan tanah, dengan kemiringan sekitar 45 derajat. Meskipun dinding dan atap lift terbuat dari kaca, yang terlihat hanyalah gelap menyelimuti terowongan. Penjaga lift yang ramah dan informatif membuat waktu semenit berlalu lebih cepat dari biasanya.

Sesampainya diatas, kami jeda sejenak untuk menenangkan luapan emosi; keingintahuan sekaligus kebingungan. Ruangan dengan persimpangan menuju beberapa terowongan menunggu untuk dijelajahi. Which way first? Berkesimpulan bahwa jalan manapun menjanjikan kejutan indah, tersenyum kami menyusuri selasar. Basah dan dingin.

Relung goa remang-remang saja, penerangan hanya diarahkan pada jalan setapak, batu dan air. Hal ini sengaja dilakukan untuk mempertahankan nuansa alami di dalam goa. Tak butuh waktu lama untuk menemukan air terjun pertama, cukup mengikuti gemuruh air yang jelas terdengar, menandakan debit air yang cukup deras. Tak heran jika tempat ini dinamakan Trümmelbachfälle, artinya aliran air yang berbunyi laksana tabuhan drum.

Ceruk goa membentuk jendela alami, sebuah titik sempurna untuk mengagumi maha karya alam ini. Matahari bersinar malu-malu dari bagian teratas goa yang terbuka. Deepak sontak melihat saya, ”How do you know about  this paradise?!”

Saya hanya tersenyum simpul sebagai jawaban, sibuk berkhayal tentang negeri rahasia dibalik air terjun. Disana ada kastil indah, kereta berkuda putih dan kupu-kupu bercanda di lautan bunga nan luas. Percikan air membuyarkan lamunan saya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com