Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara Komodo, Pengakses Meningkat

Kompas.com - 03/08/2011, 20:44 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pernahkah Anda membuka www.indonesia.travel.com? Situs resmi pariwisata Indonesia yang dikelola Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tersebut akhir-akhir ini "naik daun" berkat Kuis Komodo yang mereka selenggarakan beberapa waktu yang lalu. Akibatnya, jumlah pengunjung ke situs tersebut meningkat drastis.

Hal ini menjadi strategi tersendiri untuk memperkenalkan betapa kayanya objek wisata di Indonesia. Secara biaya, promosi media online tersebut jauh lebih kecil dibanding promosi di bentuk media lainnya. Apalalagi jika dibandingkan dengan situs resmi pariwisata negara-negara tetangga.

"Biaya promosi online kita jauh sekali di bawah promo televisi, cetak, dan billboard. Karena banyak yang belum melihat manfaat iklan atau promo online yang jauh lebih efektif. Tidak hanya seperti dibuang ke laut karena promo online harus ada landing page-nya. Promo online kan selalu ada landing page-nya. Maka itu, keterukurannya jelas, bahkan bisa diketahui demografinya. Sementara kalau media lain, TV misalnya yang ukurannya rating," kata Kasubdit Promosi Elektronik Kemenbudpar, Ratna Suranti, Selasa (2/8/2011).

Sementara itu, menurut Web Chief Editor (English) www.indonesia.travel Wuryastuti Sunario yang akrab dipanggil Tuti, mengatakan www.indonesia.travel merupakan salah satu alat atau media promosi di luar media cetak dan media lainnya. Karena yang ditampilkan Indonesia secara utuh, tentu saja tim menemukan beberapa tantangan saat mengelola situs tersebut.

“Media online ini sesuatu yang baru. Online harus terus up to date. Tapi Indonesia ini kan gede banget. Isinya banyak belum lagi yang harus diterangkan banyak sekali. Juga ada keinginan agar banyak foto yang ditampilkan. Dengan banyak foto memang jadi makin menarik,” ungkapnya.

Walaupun begitu, lanjut Tuti, dalam tempo satu tahun pihaknya mampu terus melengkapi informasi mengenai pariwisata di Indonesia dalam situs tersebut.

“Kita sebenarnya sudah lama isi terus. Tapi kok gak ada yang tahu ya tentang kita. Yang kelihatan kan luarnya saja, tapi gak ke dalamnya. Akhirnya kita buat bikin kuis ini. Ini istimewa karena dengan kuis ini, setiap pertanyaan orang harus masuk ke dalam untuk mencari jawabannya,” jelas Tuti.

Akibatnya, tambah Tuti, terjadi peningkatan dalam jumlah pengunjung. Ia juga mengatakan pengunjung yang masuk pun lebih lama membaca situs tersebut dan membuka lebih banyak halaman.

Sebagai gambaran, pengunjung ke situs www.indonesia.travel di tahun 2010 sebanyak 145.673. Sedangkan di tahun 2011 dalam periode Januari sampai Juli, pengunjung mencapai 1.190.035. Hal ini berarti terjadi peningkatan pengunjung sebesar 716.92 persen atau tujuh kali lipat. Pengunjung terbesar berasal dari negara Indonesia. Lalu disusul pengunjung dari Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, dan Australia di peringkat kelima.

“Media online tidak berdiri sendiri tapi bertujuan untuk mendatangkan wisatawan dan dengan sendirinya mengikuti strategi besar dari Kemenbudpar, yaitu meningkatkan citra Indonesia di luar negeri, itu sudah pasti. Kalau ke dalam negeri menanamkan 'kenalilah dan cintailah negerimu'. Jadi itu yang menjadi tujuan akhir. Walaupun awalnya data-data kita bisa di-klik untuk tahu ini itu, lalu pengunjung jadi banyak. Tapi akhirnya strategi untuk rasa cinta Indonesia,” jelas Tuti.

Ia mengatakan hal tersebut berdasarkan komentar-komentar yang masuk ke www.indonesia.travel saat kuis berlangsung. Ketika itu, komentar yang masuk mencapai ribuan. Sebagian besar mengungkapkan bahwa mereka makin mengenali keberagaman Indonesia melalui situs tersebut.

“Yang menurut saya hebat, beberapa mengatakan situs tersebut hebat karena bisa mengenal Indonesia sampai ke pelosoknya, ada beragam budaya, ini yang membuat mereka bangga sebagai orang Indonesia. Saya sampai merinding kalau baca komentar-komentar itu,” kata Tuti.

Menurut Tuti, komentar yang masuk pun lintas usia. Ada orang-orang berumur yang merasa situs tersebut cocok untuk generasi muda supaya makin kenal dengan Indonesia. Banyak pula dari kalangan muda yang berkomentar bahwa dirinya semakin tahu banyak tentang wisata dan budaya Indonesia. Sebagian besar memang mulanya tertarik masuk karena adanya kuis. Namun banyak pula akhirnya yang karena sudah kenal dengan situs tersebut, akhirnya lebih dalam menggali informasi bukan karena sekedar ingin memenangkan kuis.

“Bahwa kita ini multikultural, kalau baca di situs, kita tahu misalnya orang Bali yah budaya seperti ini, kalau orang Aceh tradisinya seperti ini. Inilah Pancasila. Jadi seperti belajar Pancasila dari situs ini, tapi tanpa sadar. Dengan bermacam-macam tradisi yang sudah kita jalani selama berabad-abad, inilah kita, inilah saya. Jadi walaupun misalnya orang Aceh, tapi tetap merasa memiliki daerah lain. Karena kita sama-sama orang Indonesia,” jelasnya.

Agar situs semakin dikenal oleh banyak orang, Kemenbudpar juga berpromosi melalui facebook dan twitter. Selain itu juga bekerja sama dengan www.expedia.com dan www.eturbonews.com, situs-situs luar negeri yang berkaitan dengan pariwisata.

Sehingga, tidak hanya dikenal di dalam negeri, indonesia.travel juga bisa menarik pembaca asing. Hal ini tidak menutup kemungkinan, karena indonesia.travel hadir dalam dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Dalam waktu dekat www.indonesia.travel juga akan bekerja sama dengan www.travel.kompas.com agar pembaca dari kedua situs bisa mendapatkan informasi lebih banyak mengenai pariwisata Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com