Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

20 KRL Bekas Jepang Tiba

Kompas.com - 04/08/2011, 04:17 WIB

Jakarta, Kompas - Sejumlah 20 unit kereta rel listrik yang diimpor dari Jepang tiba di Balai Yasa Manggarai, Rabu (3/8). KRL ini tengah dicek ulang dan dipersiapkan sebelum mulai beroperasi di wilayah Jabodetabek dalam kurun dua bulan mendatang.

Sekretaris Perusahaan PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Makmur Syaheran mengatakan, kereta yang datang ini merupakan bagian dari rencana impor 130 unit KRL tahun 2011. ”Kira-kira bulan Oktober kereta bisa dioperasikan di Jabodetabek,” ujar Makmur.

Penambahan perjalanan KRL nantinya, ujar Makmur, lebih mudah dilakukan setelah sistem operasi baru KRL diberlakukan. ”Kami tinggal memasukkan tambahan perjalanan di jadwal yang sudah ada,” kata Makmur.

Sejumlah 20 unit kereta yang datang terbagi dalam dua rangkaian, masing-masing rangkaian tersusun atas 10 unit KRL, sesuai dengan standar jumlah kereta per rangkaian di Jepang.

Jumlah KRL per rangkaian di Jepang berbeda dengan jumlah KRL di Jabodetabek yang hanya delapan unit per rangkaian. Pengurangan panjang rangkaian ini antara lain disebabkan oleh panjang peron stasiun kereta di Jabodetabek yang rata-rata hanya mampu menampung delapan unit kereta per rangkaian.

1.000 kereta

Makmur menambahkan, dibutuhkan tambahan lebih dari 1.000 unit kereta untuk meningkatkan kapasitas angkut kereta dari 400.000 orang per hari saat ini menjadi 1,2 juta orang per hari pada 2019.

Dengan kondisi kereta saat ini yang berjumlah 418 unit, operasional kereta belum sebanding dengan pertumbuhan penumpang di Jabodetabek. Tahun 2009, pertambahan kereta hanya 8 unit dan tahun 2010 tercatat 110 unit tambahan yang datang.

Dengan tambahan kereta itu, pergerakan penumpang tidak signifikan. Tahun 2008, tercatat jumlah penumpang KRL 126 juta orang, sedangkan tahun 2009 jumlahnya naik menjadi 130 juta orang. Namun, tahun 2010, jumlah penumpang justru turun menjadi 123 juta orang.

Penurunan jumlah penumpang ini disebabkan armada yang ada banyak yang tidak andal sehingga tambahan KRL digunakan untuk mengganti armada yang rusak.

Sementara itu, target pengangkutan penumpang KRL 1,2 juta orang per hari malah molor dari tahun 2014 menjadi tahun 2019.

PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan PT KCJ, kata Makmur, telah menjajaki kemungkinan mendapatkan pasokan 1.000 unit kereta dari Jepang. Selama ini, tambahan KRL memang menggantungkan pada impor kereta bekas dari Jepang.

Pada masa mendatang, tidak menutup kemungkinan kereta yang didatangkan adalah kereta baru, baik dari luar negeri maupun produksi dalam negeri.

Impor kereta bekas pada masa mendatang tidak terbatas pada kereta yang sudah habis masa pakainya di Jepang, tetapi bisa saja kereta yang umur operasinya belum terlalu lama. ”Kami berkejaran dengan waktu untuk meningkatkan kapasitas angkut penumpang KRL,” kata Makmur.

Tidak andal

Kebutuhan KRL mendatang tergolong besar karena sebagian armada yang ada saat ini sudah tidak andal lagi.

Dari data Balai Yasa Manggarai, tercatat 449 kali gangguan pada kereta yang menyebabkan terjadi pembatalan perjalanan kereta sepanjang tahun 2010. Pada semester pertama tahun 2011, pembatalan perjalanan kereta akibat kerusakan kereta mencapai 116 kasus.

Pada kesempatan sebelumnya, Executive Vice President (EVP) Unit Pelaksana Teknis Balai Yasa Manggarai Djoko Hardianto mengatakan, KRL yang beroperasi di Jabodetabek terdiri atas berbagai merek. ”Ada merek yang agak rentan dan sering rusak, antara lain KRL merek Holec,” tutur Djoko.

Total ada 128 unit KRL merek Holec yang digunakan untuk KRL ekonomi. Di Balai Yasa Manggarai, terdapat 54 unit KRL merek Holec yang mangkrak karena rusak berat. Hanya 24 unit yang masih beroperasi sebagai KRL dan 50 unit lainnya dimodifikasi menjadi KRD dan digunakan di Bandung serta Solo.

Usia armada kereta yang beroperasi saat ini juga banyak yang sudah tua. Dari 100 unit kereta ekonomi, 76 unit di antaranya mulai beroperasi tahun 1987 atau sebelumnya.

Dia menambahkan, kerusakan kereta juga disebabkan oleh pasokan listrik yang tidak stabil. ”Sekitar 80 persen kerusakan KRL karena tegangan listrik tidak stabil. Kerusakan terutama mengenai mesin kereta yang terdiri atas komponen elektrik,” ujar Djoko.

Selain itu, kerusakan akibat perilaku penumpang dan kotornya lingkungan di sekitar rel juga turut menyumbangkan kerusakan KRL.

”Kami berusaha memperbaiki kerusakan KRL. Namun, perlu juga peran serta pengguna kereta dan masyarakat sekitar untuk ikut menjaga kondisi kereta,” kata Djoko. (ART)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com