Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pariwisata Bengkulu Tidak Kompetitif

Kompas.com - 08/08/2011, 21:43 WIB

BENGKULU, KOMPAS.com - Sektor pariwisata di Bengkulu tidak kompetitif. Terbatasnya pilihan penerbangan, minimnya akomodasi yang layak, dan pelaku jasa wisata yang belum teredukasi dengan baik menjadi penyebabnya. Demikian disampaikan pemilik Alesha Wisata, Krishna Gamawan Musiardanis, Senin (8 /8/2011).

Krishna mengatakan, sulit mempromosikan wisata Bengkulu karena terbatasnya sarana pendukung dan harganya yang mahal. "Orang lebih memilih liburan ke Bali lah kalau ternyata dengan harga paket yang sama durasi tur ke Bengkulu justru lebih pendek," tuturnya.

Tidak kompetitifnya pariwisata di Bengkulu, kata Krishna, terlihat jelas dari paket-paket wisata yang ditawarkan. Misalnya, tur dalam kota Bengkulu tiga hari dua malam untuk 2-4 orang dengan akomodasi hotel bintang tiga belum termasuk tiket pesawat Rp 2,2 juta per orang. Padahal, dengan harga yang sama kita sudah bisa mendapatkan paket ke Bali dengan durasi tur lima hari empat malam.

Begitu juga dengan Lombok. Dengan kelas hotel yang sama yakni bintang tiga dan jumlah wisatawan 2-4 orang, biaya paket tur empat hari tiga malam ke Lombok hanya Rp 1,8 juta per orang.

"Atau misalnya, dengan lama tur yang sama, tiga hari dua malam, kita bisa mendapatkan paket perjalanan ke Bali dengan harga lebih murah, Rp 1,5 juta per orang," katanya.

Menurut Krishna, harga paket wisata yang mahal itu dibentuk oleh berbagai faktor. Di antaranya, terbatasnya penerbangan dan harga tiket pesawat yang mahal, sedikitnya hotel, restoran, dan tempat suvenir yang representatif.

Hal tersebut semakin diperburuk oleh tidak terurusnya obyek dan infrastruktur wisata dan min imnya promosi oleh pemerintah daerah.

Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Bengkulu, Asril mengakui bahwa buruknya infrastruktur wisata dan koordinasi yang lemah antara provinsi dengan kabupate/kota menjadi hambatan pengembangan wisata Bengkulu. Hal itu juga diakui oleh Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informatika Ali Berti.

Meskipun demikian, alih-alih membenahi infrastruktur wisata Pemerintah Provinsi Bengkulu lebih memilih meneruskan pembangunan mess pemerintah daerah, menara pemantau tsunami, terminal bawah tanah lengkap dengan terowongan sejauh 300 meter di kawasan Pantai Tapak Paderi dan benteng Marlborough.

Menurut Ali Berti, mess pemda dan menara pemantau tsunami dibangun untuk semakin menambah daya tarik wisata Bengkulu terutama di kawasan Pantai Tapak Paderi.

Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Bengkulu Kurnia Lesandri Adnan, menambahkan, pemerintah daerah harus mengubah cara berpikirnya dalam mengembangkan pariwisata Bengkulu. Pembangunan pariwisata jangan selalu berorientasi proyek yang menghabiskan uang rakyat miliaran rupiah tapi hasilnya nihil.

Menurut Kurnia Lesandri, akan lebih baik pemerintah membenahi infrastruktur dan obyek wisata yang ada daripada menghamburkan anggaran untuk membuat monumen yang tidak jelas manfaatnya. Dengan demikian, potensi wisata Bengkulu dapat dikemas dengan baik dan dipromosikan kepada calon wisatawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com