Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demak, Nagari Para Wali

Kompas.com - 22/08/2011, 17:16 WIB

Masjid yang terletak di kompleks Alun-alun Demak itu mempunyai kekhasan berupa empat saka guru atau tiang penyangga yang terbuat dari kayu jati setinggi 16,30 meter. Keempat saka guru itu dibangun Sunan Bonang, Ampel, Gunung Jati, dan Kalijaga.

Saka guru Sunan Kalijaga dibuat dengan tatal atau serpihan-serpihan kayu yang dilingkari papan jati dua lapis setebal 8-11 sentimeter. Keempat saka guru itu kemudian dilengkapi dengan delapan tiang lain yang konon berasal dari Kerajaan Majapahit.

Selain itu, Masjid Demak berhiaskan pula porselen-porselen dari China yang diyakini sebagai pemberian Putri Campa, ibunda Raden Fatah. Adapun pintu masuk masjid konon merupakan pintu kotak sangkar petir yang ditangkap Ki Agung Sela.

Di kompleks masjid itu pula Raden Fatah dimakamkan sehingga banyak peziarah masjid yang juga mengunjungi makam pendiri Kasultanan Demak itu. Tak mengherankan jika sastrawan asal Blora, Pramoedya Ananta Toer, menyebut pesona Masjid Agung Demak dalam Jalan Raya Pos, Jalan Daendels (2007).

"Demak tak dapat diceraikan dari Masjid Agung Demak yang dimashurkan mempunyai empat tiang utamanya terbuat dari serpihan kayu, didindingi kayu, dan diikat dengan ikatan cincin-cincin besi, menembusi lantai-lantai masjid sampai ke atap. Serambinya yang luas dituguri oleh 8 buah tiang kayu berpahat, yang dimashurkan berasal dari Majapahit. Pada dinding-dindingnya dipaterikan porselin-porselin China," tulisnya.

Daya tarik Demak yang lain adalah makam dan masjid Sunan Kalijaga di Desa Kadilangu. Lokasi itu berjarak sekitar 2 kilometer dari Masjid Demak. Hampir setiap hari para peziarah mendaraskan ayat-ayat suci Al Quran di makam Sunan Kalijaga. Sementara itu, di Masjid Kadilangu, setiap sore sekumpulan anak mengenakan peci duduk melingkari meja, mendengarkan dan menyimak tadarus Al Barzanji berbahasa Arab. Terkadang pula mereka belajar tembang macapat yang berisi makna dan arti dari ayat-ayat Al Barzanji.

Daya tarik lain tampak dalam tradisi tabuh beduk peninggalan Sunan Kalijaga dan shalat malam setiap pukul 24.00. Tradisi itu memadukan budaya tirakat malam Jawa dan ibadah shalat. Selain itu, tiap penjamasan baju kebesaran Sunan Kalijaga, Kutang Ontokusuma, pada 10 Zulhijah, pengurus masjid dan peserta mengenakan pakaian adat Jawa dan baju takwa atau baju muslim ala Sunan Kalijaga.

"Kami ingin para peziarah tidak sekadar mencari berkah, tetapi juga mengingat kembali ajaran Sunan Kalijaga yang menyebarkan agama Islam secara damai dan menghormati keberagaman," kata keturunan Sunan Kalijaga generasi ke-13, Wiedjayanto.

Dari Demak-lah sebagian besar peziarah berupaya menimba kembali serta menapak jejak dan ajaran para wali yang menyebarkan Islam sebagai rahmatan lil alamin, rahmat bagi semesta alam. Dari Demak-lah para peziarah dapat mengenalkan keteladanan atau memberikan bekal rohani kepada generasi masa depan melalui kisah Wali Songo, Raden Fatah, dan Joko Tingkir, sang pendiri Kerajaan Pajang.

Sumber: Kompas Ekstra

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com