Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KBRI Rusia dan Belarus Gelar Shalat Idul Fitri

Kompas.com - 30/08/2011, 21:41 WIB

MOSKWA, KOMPAS.com — Idul Fitri mengandung makna reuni akbar, baik secara lahiriah maupun batiniah. Reuni mempertautkan yang terpisah, menyemen yang retak, menyatukan yang terserak. Idul Fitri juga merupakan peneguhan bagi pengakuan pluralisme yang diajarkan oleh Islam.

Demikian inti dari khotbah yang disampaikan oleh Duta Besar RI untuk Rusia dan Belarus Hamid Awaludin pada shalat Idul Fitri yang digelar pada Selasa (30/8/2011). Shalat dilaksanakan di lapangan tenis KBRI dan diikuti 250 warga Muslim asal Indonesia dan negara-negara berpenduduk Muslim, seperti Mali.

Menurut Hamid, dalam perspektif psikologis, Idul Fitri adalah pelangi yang berwarna-warni, elok dipandang dan nikmat dirasakan karena pelangi adalah refleksi dari segarnya udara setelah dirundung kabut dan dibasahi hujan. Pelangi jadi indah dan membuat citarasa dan hati jadi damai lantaran ia menawarkan pesona warna-warni yang selain menggetarkan jiwa, juga menenangkan hati.

Selanjutnya, dari perspektif sosiologis, Idul Fitri adalah pengukuhan sikap akomodasi tentang kemajemukan karena di sanalah kita bertemu dan bersilaturahim dengan siapa saja dan dari mana pun asal serta latar belakangnya. "Sekat-sekat dan garis demarkasi antara kami dan mereka semuanya jadi lebur dengan satu pernyataan sikap: selamat hari raya, maaf lahir batin. Ucapan selamat adalah kata batin, salam-salaman adalah kata badan," katanya.

Dari sudut pandang akidah Islam, kemajemukan adalah sebuah keniscayaan sebab Allah sendiri berfirman, "Aku melahirkan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku." Sebuah penegasan yang tidak bisa ditawar, apalagi digugat. "Plurality is a given, not as social engineering. It is a dignity and faith," ujarnya bersemangat.

Lantaran teologi Islam menerima mutlak kemajemukan, Islam pulalah yang menawarkan bagaimana kemajemukan itu dipandang sebagai benang-benang yang dirajut menjadi sebuah sulaman indah.

Al Quran menjelaskan tentang kebebasan beragama, hidup berdampingan secara damai, malah menganjurkan untuk saling berlomba dalam kebajikan, bersikap positif dalam berhubungan serta bekerja sama dengan umat lain yang tidak seagama.

Islam juga mengharuskan umat Islam untuk bersikap dan bertindak adil terhadap umat non-Muslim dan melindungi tempat-tempat ibadah semua agama. Ini semua ada dalam Al Quran.

"Karena itu, tidak ada tempat dalam Islam, bagi orang-orang yang menafikan kemajemukan. Tak ada tempat dalam Islam bagi orang-orang yang mahir mematok kebenaran hanya miliknya seorang atau kelompoknya secara eksklusif. Pemutlakan adalah otoritas tunggal Allah. Kemutlakan adalah jurisdiksi dan kedaulatan penuh Sang Khalik, bukan hamba-Nya. Islam adalah Rahmatan Lil Alamin," demikian Hamid mengakhiri khotbahnya.

Seusai shalat Idul Fitri, jemaah kemudian bersilaturahim ke Wisma Duta Besar yang berada tidak jauh dari tempat shalat. Kali ini Dubes menerima mereka di kebunnya dengan menyediakan aneka makanan Indonesia, khususnya Sulawesi, seperti kambing guling, sate makassar, sate kambing, kolak, pepes teri, barongko, nastar, serta es campur. (Aji Surya, Rusia dan Belarus)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com