Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidup-Mati di Negeri Cincin Api

Kompas.com - 14/09/2011, 10:59 WIB

Oleh: Ahmad Arif

Mengarungi Kaldera Toba nan menawan, tetapi memiliki riwayat mematikan. Mendaki Anak Krakatau yang tengah mengumpulkan daya sebagaimana leluhurnya yang menghancurkan. Menapak bebatuan rapuh di lereng Tambora yang mengubur peradaban tiga kerajaan. Hingga menyusuri jalur patahan raksasa Sumatera, perjalanan ini berujung pada sederet ironi tentang negeri yang dibelit Cincin Api.

Jutaan orang tinggal dalam jangkauan letusan gunung berapi, bahkan sebagian tinggal di dalam kaldera tanpa menyadarinya. Kota-kota tumbuh di jalur patahan, dibangun dari batu bata rapuh dan abai prinsip aman gempa. Tsunami yang mengancam hanya dibentengi tanggul cacat, bukit yang dikeruk, bakau yang menyusut, alat deteksi dini yang dicuri, dan masyarakat yang lupa.

Survei yang dilakukan Litbang Kompas pada Juni-Juli 2011 mengungkapkan minimnya pengetahuan dan kesiapsiagaan terhadap bencana itu. Hampir separuh dari 806 responden yang tinggal di zona bahaya tidak menyadari ancaman bencana yang sangat mungkin melanda daerah mereka.

Survei dilakukan di kota yang pernah dan terancam gempa bumi, tsunami, serta letusan gunung, seperti Banda Aceh (Aceh), Yogyakarta (DI Yogyakarta), Sleman (DI Yogyakarta), Padang (Sumatera Barat), Palu (Sulawesi Tengah), Karangasem (Bali), dan Bengkulu (lihat halaman 24).

Padahal, gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada Desember 2004 menewaskan lebih dari 160.000 jiwa. Padahal, Yogyakarta diimpit petaka gempa dan letusan gunung berapi. Padahal, belum genap 50 tahun Karangasem dilanda letusan Gunung Agung yang menewaskan lebih dari 1.000 jiwa. Padahal, nyaris setiap tahun, Bengkulu, Padang, dan Palu digoyang gempa bumi.

Cincin Api

Nyaris tak sejengkal pun tanah di Nusantara yang luput dari ancaman gempa, selain Kalimantan, seperti yang tertera dalam peta sejarah kegempaan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Gempa, tsunami, dan juga letusan gunung berapi telah menjadi bagian dari sejarah Nusantara dan terekam dalam mitologi serta dongeng kuno.

Sejarawan Bernard HM Vlekke dalam buku Nusantara: Sejarah Indonesia, 1961, menulis, letusan gunung dan gempa bumi begitu sering terjadi di negeri ini. Salah satu pulau yang paling sering dilanda gempa adalah Sumatera, seperti dilaporkan William Marsden dalam bukunya, Sejarah Sumatera, 1783.

”Gempa bumi paling keras saya alami terjadi di Manna (Bengkulu), tahun 1770. Sebuah kampung musnah, rumah-rumah runtuh dan habis dimakan api. Beberapa orang tewas,” demikian tulis Marsden.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com