Boven Digoel, Kompas
Hari Sabtu (24/9), pasien terbanyak di RSUD Boven Digoel dan di puskesmas adalah penderita malaria, diare, dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Hampir setiap hari ada pasien yang dirawat akibat penyakit-penyakit itu.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel Viviana Maharani Pradotokoesoemo menuturkan, tingginya penderita diare, di antaranya, disebabkan pola hidup tidak sehat, seperti minum air mentah. Kurang gizi akibat kemiskinan membuat warga rentan tertular penyakit. ”Terutama di pinggiran dan pedalaman,” ujarnya, Sabtu lalu.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Boven Digoel 2010, penderita diare 2.978 orang. Terbanyak pada anak umur 0-1 tahun, yakni 1.272 anak. Angka tahun 2010 itu naik dibanding 2009 (2.173 orang).
Malaria juga langganan warga. Tahun 2010, pengidapnya 7.583 orang, 612 di antaranya anak umur 0-1 tahun. Tahun 2009, pengidapnya 5.988 orang.
Menurut Syahib, Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit Menular Dinkes Boven Digoel, pencegahan di antaranya lewat penyemprotan di lingkungan rumah dan pembagian kelambu antimalaria. Januari-Februari 2010 dibagikan 5.300 kelambu. Boven Digoel dapat bantuan 2.000 kelambu dari Global Fund dan 11.200 kelambu dari Unicef. ”Total yang dibagikan 16.200 kelambu tahun 2009-2010,” kata dia.
Pencegahan malaria terkendala geografis dan kesadaran warga. ”Kami tak bisa hindari nyamuk. Banyak sekali, kalau tak kuat pasti kena malaria atau kambuh,” ujar Kaleb Jowot (37), warga Tanah Merah.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.