Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurangnya Pemberdayaan Masyarakat Jadi Kendala Pariwisata

Kompas.com - 18/10/2011, 18:12 WIB
Riana Afifah

Penulis

LOMBOK, KOMPAS.com - Bukan lagi menjadi suatu rahasia jika Nusa Tenggara Barat memiliki daya tarik yang besar bagi para wisatawan. Namun sayangnya daya tarik tersebut terkadang tidak tergarap dengan baik karena kurangnya pemberdayaan masyarakat. Lantaran hal itu, digagaslah Gerakan Nasional Sadar Wisata yang dihelat di Desa Sade, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.

"Banyak daya tarik di Lombok ini tapi tidak bisa berkembang. Karena harus ada akses, infrastruktur dan perlu pemberdayaan masyarakat," kata Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenbudpar Firmansyah Rahim ketika memberi sambutan pada pembukaan acara Gerakan Nasional Sadar Wisata 2011 di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Selasa (18/10/2011).

Ia mengungkapkan bahwa perbaikan akses dan pengembangan infrastruktur terus dilakukan secara bertahap dan tidak selalu terbentur kendala yang berarti. Hal yang kerap menjadi masalah, lanjutnya, adalah pemberdayaan masyarakat di daerah wisata itu.

"Pemberdayaan masyarakat ini penting. Coba kalau datang ke tempat wisata lalu masyarakatnya melotot ngeliatin wisatawannya, saya jamin wisatawan tidak akan mau lagi datang ke situ," jelasnya.

Untuk menyukseskan Gerakan Sadar Wisata ini, dibangun Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri pariwisata. Keberadaan program ini berfungsi memberikan bantuan sosial dan bimbingan sadar wisata. Pada tahun 2011, ada 20 desa wisata dari 569 desa wisata di seluruh Indonesia.

"Untuk memberdayakan masyarakat makanya digagas sadar wisata ini. Dulu sentralistik, jadi mudah mengkoordinir daerah-daerah. Sekarang relatif agak susah karena adanya otonomi daerah," ungkap Firmansyah.

Gerakan Sadar Wisata ini sendiri sudah berjalan selama empat tahun berturut-turut yaitu masyarakat tempat wisata melakukan bersih desa. Pada tahun 2007, kegiatan ini diadakan di Bandung. Kemudian tahun selanjutnya diadakan di Bali. Selanjutnya tahun 2009, dilakukan di Jogja dan pada tahun 2010 dihelat di Bukittinggi.

"Dana yang diberikan untuk PNPM mandiri ini sebanyak 100 juta pada tahun pertama dan 150 juta pada tahun kedua. Masyarakat disediakan pendamping. Tapi ide tetap berasal dari mereka sendiri," ujarnya.

Ia menuturkan biasanya dalam satu desa terdapat satu kelompok sadar wisata yang beranggotakan 10 sampai 20 orang. Kelompok ini dengan didampingi seorang pendamping akan menuangkan gagasan-gagasan untuk mengembangkan masyarakat di daerah wisata tersebut.

Firmansyah juga menjelaskan ada tiga kriteria desa wisata yang bisa dibantu. Pertama, desa itu menjadi tujuan wisata karena ada homestay atau punya daya tarik lain yang dikembangkan oleh daerah itu sndiri.

Kedua, daerah tersebut tidak perlu menjadi tempat wisata tetapi berada di sekitar tempat wisata yang bisa menunjang tempat wisata. Serta ketiga adalah desa yang dapat menjadi penunjang tempat akomodasi yang berada di tempat wisata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com