Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi Benteng Marlborough Memprihatinkan

Kompas.com - 20/10/2011, 13:46 WIB

BENGKULU, KOMPAS.com - Kepala Dinas Pariwisata Kota Bengkulu Teguh A Roni mengatakan selama ini Benteng Marlborough tidak bisa memasukkan pendapatan asli daerah karena retribusinya dipungut petugas perwakilan dari Jambi.

"Kita mengharapkan ke depan obyek wisata bersejarah itu dapat dikelola Pemkot Bengkulu sehingga pemeliharaannya dapat terjamin dan tidak seperti sekarang ini cukup memprihatinkan," katanya, Kamis (19/10/2011)

Benteng Marlborough adalah sebuah bangunan benteng pertahanan tentara Inggris yang terletak di pesisir pantai Tapak Paderi-Kota Bengkulu. Benteng ini dibangun oleh kolonial Inggris pada tahun 1914-1719 di bawah pimpinan Gubernur Jendral Josef Colin.

Semasa pendudukan mereka di Wilayah Bengkulu benteng Marlborough adalah benteng terbesar pernah dibangun oleh Bangsa Inggris semasa kolonialismenya di Asia Tenggara.

"Itu bangunan yang sangat bersejarah sekali sebab konstruksi bangunan benteng Fort Marlborough ini memang sangat kental dengan corak arsitektur Inggris Abad ke-20 yang megah dan mapan tuk keseluruhan komplek bangunan benteng yang menyerupai penampang tubuh kura-kura sangat mengesankan kekuatan dan kemegahan," ujarnya.

Oleh karena itu, Pemerintah Kota Bengkulu mengusulkan ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif agar Benteng Marlborough dikelola oleh Pemerintah Kota Bengkulu sebagai obyek wisata budaya dan pendidikan.

Wali Kota Bengkulu Ahmad Kenedi mengatakan selama ini benteng peninggalan Inggris itu dikelola oleh Bidang Kepurbakalaan Provinsi Jambi sehingga pemerintah Kota Bengkulu kesulitan melakukan berbagai kegiatan di tempat itu.

"Saya sudah mengirim surat permintaan ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif agar pengelolaan benteng peninggalan Inggris terbesar di Asia Tenggara itu ke depan dikelola Pemkot Bengkulu," katanya.

Akibat pengelolaan masih dipegang kepurbakalaan di Provinsi Jambi upaya revitalisasi, pemugaran, perbaikan, pendapatan asli daerah (PAD) dan promosi wisata tidak dapat dilakukan secara maksimal. Padahal letak museum tersebut berada di Kota Bengkulu.

"Kita mau berbuat tapi tidak bisa apa-apa dan merasa janggal bentengnya ada di Kota Bengkulu tetapi pengelolaan penuh di Provinsi Jambi, kita tampaknya hanya menjadi penonton saja," tambah Wali Kota.

Bila pengelolaan Benteng Inggris itu dipercayakan ke Pemkot Bengkulu, manfaatnya bisa dirasakan baik sebagai obyek wisata budaya maupun pendidikan. Di samping itu, lanjut Kenedi, pihaknya bisa mengganggarkan APBD untuk pemeliharaannya.

Ralat: Informasi yang diterima Kompas.com, Senin (24/10/2011), BP3 Jambi tidak pernah memungut retribusi wisata di Benteng Marlborough. Retribusi selama ini dipungut oleh Pemprov Bengkulu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com