Oleh Harry Susilo
Dengan diterangi pancaran lampu headlamp
Sangalaki adalah salah satu pulau yang terdapat di gugusan kepulauan Derawan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Memasuki bulan Juli-September, puluhan makhluk berkarapas itu setiap harinya beringsut merayap ke Pantai Sangalaki saat malam hari untuk bertelur.
Bulan Juli-September merupakan masa puncak bagi penyu untuk bertelur di Sangalaki. Di luar bulan tersebut, hanya sekitar 10-12 ekor penyu yang singgah. ”Setelah telur ditinggalkan, kami memindahkannya ke dalam tempat penangkaran agar aman,” ucap Williyanto, akhir September.
Selain Sangalaki, ada Pulau Maratua, Derawan, Bilang-Bilangan, dan Blambangan, yang juga menjadi tempat persinggahan penyu hijau. Di samping menuju pantai untuk bertelur, penyu kadang hanya menepi di pinggir pulau untuk mencari makanan di tengah padang lamun atau memamah daun pisang yang sengaja diletakkan warga.
Menyebut Derawan seolah lekat dengan keberadaan penyu hijau. Namun, masih banyak keelokan lain di gugusan pulau di timur Borneo ini. Setidaknya ada dua alasan lain kenapa wisatawan mengunjungi Derawan, yakni melihat ubur-ubur tanpa sengat dan menyelami keindahan bawah lautnya. ”Belum lengkap jika tidak mendapatkan ketiganya,” kata Arif Hadianto, salah satu pengunjung yang rutin ke Derawan.
Ubur-ubur yang kehilangan daya sengatnya ini hidup di sebuah danau payau yang terletak di tengah Pulau Kakaban. Pulau karang ini dikelilingi perairan jernih nan memukau dengan padang lamun dan terumbu karang di bawahnya. ”Danau payau seperti ini hanya ada dua di dunia, yakni di Kakaban dan Pulau Palau di Micronesia,” kata Juhriansyah, pimpinan LSM Bestari, yang bergerak dalam bidang advokasi lingkungan di Kepulauan Derawan.
Eksotisme tersebut tidak hanya menyedot turis lokal, tetapi juga daya tarik bagi wisatawan asing. Seperti Orion Expedition Cruise, kapal pesiar Australia yang singgah di Pulau Kakaban dan membawa sekitar 90 penumpang, akhir September silam.