Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pantai Selatan Jawa Barat Berbahaya

Kompas.com - 01/11/2011, 03:04 WIB

Tasikmalaya, Kompas - Pantai selatan Jawa Barat berbahaya bagi nelayan tradisional hingga pertengahan November 2011. Dalam tiga hari terakhir, empat nelayan asal Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Garut, tenggelam setelah perahunya diempaskan angin kencang dengan ombak setinggi 2-3 meter.

Ruhandi (35), warga Kampung Jambesewu, Desa Sindangkerta, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Garut, tenggelam saat melaut, Minggu (30/10) sekitar pukul 21.00. Ruhandi selamat meski menderita luka dan semua peralatan melautnya hilang terbawa ombak. Total kerugian Rp 5 juta - Rp 6 juta.

Sementara itu, 14 jam sebelumnya, tiga nelayan Desa Pamalayan, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, menderita luka berat saat perahunya terbalik diempas gelombang tinggi di Pantai Sayangheulang, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut. Korban adalah Didin (40), Dalu (30), dan Yusef (35). Total kerugian sekitar Rp 20 juta.

”Ombak di laut sedang tinggi karena memasuki masa peralihan musim kemarau ke musim hujan. Saat ini, ikan banyak di laut, tapi berbahaya bagi nelayan tradisional yang kurang pengalaman karena angin bertiup kencang dengan ombak setinggi 2-3 meter,” kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tasikmalaya Deddi Mulyadi di Cipatujah, Senin (31/10).

Deddi mengaku, tidak bisa melarang nelayan mencari ikan saat musim peralihan yang diperkirakan akan terus terjadi hingga pertengahan November 2011. Ia berharap nelayan bisa memperhitungkan waktu melaut atau didampingi nelayan berpengalaman. ”Tanpa informasi tentang kondisi cuaca laut yang akurat, peralatan melaut sederhana, dan terdesak kebutuhan ekonomi, potensi kecelakaan nelayan besar kemungkinan terjadi,” katanya.

Wakil Ketua HNSI Kabupaten Garut, Lukman Nulhakim, mengharapkan ada lembaga khusus yang berperan memantau keselamatan nelayan di laut. Saat ini, nyaris tak ada transfer ilmu sebagai bekal bagi nelayan saat melaut. Akibatnya, nelayan hanya mengandalkan pengetahuan tradisional turun temurun melihat cuaca saat hendak melaut.

Aktivitas penyelamatan juga masih tradisional. Akibatnya, banyak penyelamatan nelayan tidak efektif dan berlangsung lama. Contohnya, pencarian dua nelayan asal Kampung Pasawahan, Desa Mancagahar, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, yang terbalik diterjang ombak setinggi dua meter di Laut Cipalebuhan, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupten Garut, awal Agustus lalu.

Saat itu, kapal dari Syahbandar Pameungpeuk, kepolisian perairan dan udara, serta kelompok pengawas masyarakat, tidak bisa diturunkan karena terkendala biaya bahan bakar. ”Pencarian dilakukan secara manual dan tradisional, maka dua korban hilang baru ditemukan tiga hari setelah kejadian, dalam keadaan tidak bernyawa,” ujarnya. (CHE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com