Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Kusam, Mi Lethek Tetap Bertahan

Kompas.com - 03/11/2011, 09:21 WIB
Banar Fil Ardhi

Penulis

BANTUL, KOMPAS.com — Derit suara kayu dan lenguhan suara sapi yang dicambuk untuk menarik alat penggiling tepung adalah pertanda sedang berlangsungnya proses pembuatan mi tradisional di Bantul, DI Yogyakarta.

Suara dan aroma khas pembuatan mi tersebut dirasakan saat Kompas.com berkunjung ke pabrik mi tradisional merek Garuda, di Dusun Bendo, Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, Bantul, Rabu (2/11/2011).

Di pabrik yang telah berdiri sejak 1940-an itulah, sekitar 20 warga Dusun Bendo menggantungkan hidupnya sebagai pembuat mi, yang dikenal sebagai mi lethek (lethek dalam bahasa Jawa berarti kusam).

Warna kusam pada mi ini muncul karena bahan yang digunakan membuat mi adalah tepung tapioka dari singkong, bukan dari tepung terigu seperti mi pada umumnya.

Pabrik yang sempat berhenti beroperasi tahun 1983 hingga pertengahan 2003 karena tidak ada yang mengelola itu kini diambil alih cucu pertama pendiri pabrik, yakni Yasir Ferry Ismatrada. Hingga saat ini kondisi pabrik masih dipertahankan seperti saat dulu pertama kali didirikan Umar Bisyir Nahdi.

Di pabrik yang berada di tepian Sungai Progo itu, kita hampir tak bisa menemukan alat produksi modern. Semua peralatan menggunakan alat tradisional, seperti alat penggiling tepung berupa batu silinder seberat 1 ton yang ditarik menggunakan tenaga sapi, dan oven berbahan bakar kayu.

Hanya alat pencetak atau pres mi yang saat ini telah diganti menggunakan mesin dengan tiga orang pekerja sebagai operator. Awalnya alat pencetak atau pres mi menggunakan alat yang disebut "tarikan" yang harus dioperasikan secara manual oleh delapan pekerja.

Meski pabrik mi Garuda beroperasi secara tradisional dengan sebagian pekerjanya yang berusia lanjut, kapasitas produksi mi berbahan dasar tepung tapioka ini mencapai 10 ton per bulan.

Mi Garuda dijual dengan harga Rp 8.000 per kilogram dan dipasarkan di daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Walaupun di pasaran harus bersaing dengan banyaknya mi yang diproduksi pabrik modern, mi lethek sebagai salah satu kekayaan kuliner di Nusantara tetap bertahan hingga sekarang dengan ciri khas rasa dan cara pembuatannya yang masih tradisional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com