Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menunggu Pesta Dewi Anjani Usai

Kompas.com - 18/12/2011, 17:24 WIB

Di jalur terjal ini tak ada lagi pepohonan yang menjadi tameng angin. Para pendaki harus berjalan setengah membungkuk agar tak terempas angin yang menderu. ”Angin kali ini sangat kencang,” ujar Marahidun (50), warga Sembalun yang menemani perjalanan.

Satu-satunya perlindungan paling aman dari amukan angin di punggungan itu adalah bongkahan batu di dekat tikungan di ketinggian 3.300 mdpl. Di balik batu itu ada rombongan pendaki yang meringkuk berlindung dari terpaan angin.

Saat menunggu di batu besar hasil letusan masa lampau Rinjani tua itu, keajaiban terjadi. Angin yang semula sangat kencang tiba-tiba berhenti. Kabut menipis dan sinar matahari menerobos menghangatkan tubuh yang menggigil kedinginan.

Langit seketika cerah. Pemandangan terbuka ke segala arah menguak Danau Segara Anak, Gunung Barujari, lekukan-lekukan lembah, dan laut di kejauhan. Puncak Rinjani pun terpampang jelas di depan mata.

Semangat yang nyaris padam kembali menyala. Langkah demi langkah kembali menjejaki jalur terjal dengan batuan lepas itu. Titik tertinggi Rinjani berupa petak tanah berukuran sekitar 2 meter x 3 meter dicapai pukul 09.24.

Puncak Rinjani pagi itu sangat hening. Tidak ada lagi gemuruh angin yang mengamuk. Dewi Anjani sepertinya telah kembali ke istananya yang indah di bawah sana, di Segara Anak yang menjadi tujuan perjalanan selanjutnya. (Indira Permana dan Budiawan Sidik Arifianto/Litbang Kompas)


Lihat Ekspedisi Cincin Api - Rinjani di peta yang lebih besar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com