Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepincut Si Kudu-kudu

Kompas.com - 20/12/2011, 11:28 WIB

Oleh: Putu Fajar Arcana & Nur Hidayati

Keras di luar lembut di dalam. ”Kress…” Mungkin inilah deskripsi paling pas untuk melukiskan ikan kudu-kudu (Ostracion cubicus). Kulit luarnya berfungsi sebagai cangkang dengan bentuk segi enam. Sedangkan bagian dalamnya terdiri dari jeroan dan daging yang menempel pada lapisan dalam cangkang.

Sepintas ikan kudu-kudu memiliki tampang seram. Karena bentuknya yang kotak, ikan ini sering pula disebut boxfish. Banyak orang mengira kudu-kudu sama dengan ikan buntal. ”Tidak sama. Ikan buntal berduri pada kulitnya dan bisa mengembang. Ikan kudu-kudu seperti bercangkang dan dijamin tidak beracun,” tutur Vivi Liemowa, pemilik Rumah Makan Ujung Pandang di kawasan BSD City, Tangerang, Selasa (6/12/2011).

Penyajian ikan kudu-kudu di restoran ini sama persis dengan restoran induknya, RM Ujung Pandang di Jalan Irian, Makassar, yang sudah berdiri sejak tahun 1979. ”Saya belajar memasak dari mama,” kata Vivi. Ikan kudu-kudu dibuka melalui bagian perut untuk mendapatkan dagingnya. Lalu daging itu dipotong-potong kecil dan digoreng setelah dibaluri tepung. Cangkang kudu-kudu juga digoreng, yang nantinya dipakai sebagai wadah untuk menyajikan gorengan daging. Di atas piring, sajian kudu-kudu goreng mirip seperti sebuah sampan kecil dalam bentuk yang unik.

Istimewanya, daging kudu-kudu tidak sebagaimana daging ikan lain. Ia berserat agak kasar mirip serat pada daging ayam. Rasanya pun mirip-mirip daging ayam. Sajian ikan kudu-kudu sejak setahun lalu menjadi menu favorit di RM Ujung Pandang BSD. ”Kalau anak-anak selalu bilangnya minta daging ayam yang dipotong-potong itu,” kata Vivi. Padahal, tambahnya, yang dimaksud tak lain dari daging ikan kudu-kudu.

Restoran ini dalam seminggu setidaknya mendapatkan pasokan ikan dari Makassar sebanyak 350 kilogram. Ikan-ikan itu terutama terdiri dari ikan-ikan yang jarang beredar di pasar-pasar ikan di Jakarta. ”Ikan kudu-kudu sudah pasti tidak ada di pasar-pasar di sini, termasuk ikan sukang yang juga jadi favorit masyarakat Jakarta sekarang ini,’’ tutur Vivi yang ditemani suaminya, Darwis.

Sajian kudu-kudu tadi biasanya ditambah dengan empat jenis sambal khas Makassar: sambal petis, sambal tomat ijo, sambal cobek terasi, dan sambal rica-rica. Jika ingin mendapatkan rasa pedas-pedas manis yang menonjok, biasanya sambal petis, sambal tomat ijo, dan sambal cobek terasi dicampur. Berikutnya tinggal mencolekkan potongan-potongan daging kudu-kudu sebelum disantap.

Tidak beracun

Soal racun itu, kata Darwis, ikan kudu-kudu tidak beracun seperti terdapat pada ikan buntal. Kulitnya yang bertotol seperti macan tutul, mulutnya yang kecil, dan bentuk cangkangnya yang segi enam memang mudah membuat orang berpendapat ikan ini aneh. Mungkin bahkan mirip-mirip ikan purba. ”Karena itu, di sini ikan ini tidak ada yang jual, mungkin dianggap tidak bisa dimakan,” kata Darwis. Tetapi di Makassar, menu ikan kudu-kudu banyak disajikan restoran-restoran lokal dengan beragam olahan.

”Cuma kalau salah cara memotongnya ikan ini terasa pahit karena empedunya pecah. Jadi saat membelahnya mesti hati-hati sekali,” ujar Darwis. Kehati-hatian itulah salah satu hal yang amat diperhatikan di restoran ini. Sebagian besar juru masak dan karyawannya dibawa langsung dari Makassar. ”Karena mereka sudah terlatih sebelumnya di restoran mama di Makassar,” kata Vivi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com