Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mempertahankan Pesona Tanjung Puting

Kompas.com - 03/01/2012, 13:03 WIB

EKOWISATA di Tanjung Puting, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, menggeliat. Daya tarik orangutan dan kekayaan flora fauna di kawasan taman nasional itu meningkatkan kunjungan wisata 100 persen dibandingkan tahun 2010, termasuk 5.000 wisatawan asing hingga Oktober 2011.

Kesiapan daerah, terutama masyarakat dan pemerintah daerah, serta semua pemangku kepentingan setempat perlu dibentuk sejak awal. Tujuannya, kunjungan mengalir dan mendatangkan kesejahteraan warga.

Tanpa itu, pengelolaan wisata daerah berjalan tanpa arah, seperti wisata kawasan Danau Toba yang stagnan.

Tak mau terjadi di kawasan tujuan wisata lain, sejak 2009 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (dulu Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan) mengembangkan jejaring kelompok kerja sama antarpemangku kepentingan wisata di 15 tujuan wisata atau destination management organization (DMO). Salah satunya di Taman Nasional Tanjung Puting.

Melalui forum itu, para pihak duduk bersama dan merancang peta besar pengelolaan wisata Kotawaringin Barat yang menjadi acuan banyak pihak. Bupati dan Dinas Pariwisata diakrabkan dengan Balai TN Tanjung Puting dan Ditjen Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Pemanfaatan Alam (Kementerian Kehutanan) serta aktivis konservasionis agar wisata selaras dengan lingkungan.

Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata menjadi mediator/fasilitator menyerap ide jejaring itu. ”Kalau ada usulan dari DMO yang butuh dukungan kementerian lain, kami siap memperjuangkan,” ucap Firmansyah Rahim, Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata.

Koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan diperlukan karena pengembangan pariwisata tak hanya bisa mengandalkan satu sektor. Kini, Bandara Iskandar di Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, setiap hari didarati dua pesawat boeing dari Kalstar dan Trigana Air, masing-masing berkapasitas lebih dari 120 penumpang.

Untuk menggenjot jumlah kunjungan wisata ke Kotawaringin Barat tak hanya mengandalkan TN Tanjung Puting. Sebagai daerah konservasi, kawasan 415.040 hektar ini juga akan dirancang untuk tujuan wisata terbatas, bukan mass tourism. Ada wacana dibangun sistem antre memasuki kawasan yang mengandalkan pesona orangutan borneo (Pongo pygmaeus).

Karena itu, tujuan-tujuan wisata di luar Tanjung Puting disiapkan menjadi suguhan para turis yang antre demi pesona hutan hujan tropis. Beberapa tujuan dirancang, seperti Tanjung Keluang, Pantai Bugam Raya, dan Gosong Senggor.

Banyak tantangan

Mengunjungi Tanjung Puting, 11-12 November 2011, menyusuri Sungai Sekonyer, salah satu daya tarik adalah pertemuan air keruh dengan air bening kehitaman pada Muara Ali. Meski menarik, di baliknya terdapat hal miris. Air keruh datang dari hulu sungai yang dibongkar untuk pertambangan emas dan zirkon ilegal sejak 2007.

Air tercemar logam berat memasuki zona konservasi yang juga dilewati para turis.

Kepala Seksi Wilayah Pambuang Hulu Balai TN Tanjung Puting Supriyanto mengatakan, kadar merkuri di Sungai Sekonyer di atas ambang batas. Sejak 2008 telah disampaikan kepada pemerintah daerah dan merekomendasikan agar aktivitas penambangan ditertibkan.

Balai TNTP pernah menangkap tiga petambang dan mengajukannya ke pengadilan. Mereka divonis satu tahun penjara dan denda Rp 500.000. Namun, upaya serupa sulit dilakukan lagi karena jumlah petambang banyak. Jumlah aparat terbatas.

Masalah lingkungan pun terjadi di Desa Sei Sekonyer di pinggir Sungai Sekonyer yang pasti dilalui wisatawan yang hendak menikmati pesona orangutan di Camp Leakey. Di dermaga desa, terpampang spanduk berisi kecaman terhadap operasi perusahaan perkebunan kelapa sawit.

Memasuki desa itu, pandangan penuh selidik datang dari warga setempat yang membuat hati tak nyaman. Menurut Kepala Desa Norsati, kecurigaan kepada pendatang karena warga kerap didatangi preman/utusan perusahaan sawit setempat yang meneror mereka. Sejak kebun sawit dibuka, saat musim hujan pasti terjadi banjir.

Bupati sebagai ”penguasa” daerah menjadi tumpuan harapan menertibkan dan memberikan solusi. Pelaksana Tugas Bupati Kotawaringin Barat Masradin berjanji akan menyelesaikan masalah pertambangan ataupun perkebunan yang menghantui wisata Tanjung Puting.

Jika sisi-sisi konflik masyarakat dan penambangan liar ini tak diatasi, tujuan wisata utama yang berdasarkan konservasi akan hilang karena lingkungan rusak. (Ichwan Susanto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com