Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata Spiritual di Bali Belum Digarap Maksimal

Kompas.com - 06/01/2012, 16:00 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com - Bali memiliki potensi sangat besar untuk pengembangan wisata spiritual. Sebab, Pulau Bali didukung keberadaan tempat ibadah seperti Pura Sad Kahyangan, Dang Kahyangan, dan Kahyangan Tiga.

"Julukan Bali sebagai Pulau Seribu Pura (Land of One Thousand Temples), menjadi kekuatan bagi untuk mengembangkan wisata spiritual. Hal ini tidaklah berlebihan, karena jumlah pura di Bali saat ini tercatat lebih dari 20 ribu unit," kata Rektor Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Prof Dr I Made Titib di Denpasar, Jumat (6/1/2012).

Ia mengakui pengembangan wisata spiritual di Bali saat ini belum digarap dengan maksimal. Sejumlah daerah di Bali memang mulai melirik pengembangan wisata spiritual ini. Misalnya, Pemkab Gianyar yang telah menjadikan pura sebagai objek wisata spiritual. Promosi pun gencar dilakukan, khususnya untuk pura yang telah ditetapkan sebagai objek wisata spiritual seperti Pura Tirtha Empul, Pura Goa Gajah, Pura Gunung Kawi, di Desa Sebatu, Pura Masceti, Pura Medahan dan Pura Keramas.

Menurut Prof Made Titib, dengan modal dasar spiritual yang kuat dan pengelolaan yang baik, wisata spiritual diyakini akan berkembang dengan pesat. Namun, agar tidak menghancurkan sendi-sendi budaya di Bali, merupakan kewajiban bagi pelaku usaha wisata spiritual untuk memperhatikan adat istiadat di sekitarnya.

Hal ini dikarenakan, wisata spiritual sangat erat kaitannya dengan keutuhan adat istiadat dan norma yang dipegang masyarakat setempat. Ia mengatakan, pesatnya perkembangan pariwisata di Bali harus diikuti rambu-rambu agar tetap berjalan di koridornya yang benar.

"Ini penting dilakukan untuk menciptakan sebuah keharmonisan yang dinamis dengan lingkungan di sekitarnya," katanya.

Ia menjelaskan Bali merupakan sebuah pulau kecil yang memiliki keunikan tersendiri. Berbagai julukan diberikan, misalnya "The Morning of the World (Paginya Dunia), The Last Paradise on Earth (Sorga Terakhir di Bumi) dan The Island of Gods (Pulau Dewata)" serta berbagai julukan lainnya. Sebutan itu diberikan bukanlah tanpa alasan, karena Bali memang memiliki daya tarik yang luar biasa.

Menurut teolog Hindu yang juga Guru Besar Ilmu Veda Fakultas Brahma Widya IHDN Denpasar ini, kepopuleran Pulau Bali bukanlah merupakan sesuatu yang baru. Karena sejak zaman purbakala, Bali sudah dikenal bagi destinasi wisata mancanegara.

"Kemuliaan Gunung Agung yang menjulang tinggi atau dalam bahasa Sanskerta disebut ’Udaya Parvata’ diyakini sebagai bagian dari pegunungan Mahameru yang pada zaman dahulu juga disebut ’Sisira Parvata’," katanya.

Ia mengatakan, adanya peninggalan purbakala seperti di daerah Goa Gajah dan Gunung Kawi, Kabupaten Gianyar, membuktikan pada zaman dahulu kehidupan keagamaan masyarakat Bali sudah sangat kuat.

"Ini merupakan modal dasar yang kuat bagi Bali untuk mengembangkan wisata spiritual," katanya.

Ia menjelaskan wisata spiritual ini bukanlah hal yang baru jika dilihat dari peninggalan arkeologi seperti adanya goa pertapaan atau pusat pendidikan (katyagan) di Gunung Kawi dan Goa Gajah. Hal itu juga menunjukkan adanya hubungan India dengan Bali telah demikian intensif. Hal ini juga dibuktikan, kata dia, para guru spiritual (Acarya) dari India sering datang ke Bali untuk melakukan perjalanan wisata spiritual yang dikenal dengan nama "tirtayatra".
 
"Ini membuktikan wisata spiritual di Bali telah ada sejak zaman dahulu," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com