Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk, Keliling Pecinan Surabaya

Kompas.com - 21/01/2012, 18:43 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com - Jika Anda berada di Surabaya pada bulan Januari dan Februari ini, jangan lewatkan untuk mengikuti tur gratis bersama Surabaya Heritage Track (SHT). Kali ini, tur SHT mengangkat tema "Lunar Track" yang bernuansa perayaan Imlek.

Pada tur tersebut, wisatawan diajak mengenal tradisi masyarakat Tionghoa di kawasan Pecinan Suarabaya. Peserta akan melihat keunikan tradisi masyarakat Tionghoa dalam merayakan Imlek, serta aneka penganan yang umumnya ditemui di Pecinan.

Berbagai penganan khas masyarakat Tionghoa yang dapat dipelajari pada program ’Lunar Track’ kali ini adalah kue pia kue keranjang, muaco, lauwa, thong chiu pia yang menjadi sajian khas saat Imlek. Kue yang tidak hanya digemari oleh masyarakat Tionghoa, namun juga oleh masyarakat lokal dapat ditemui pada kunjungan ke Toko Pia dan Chung Chiu Pia Kemenangan yang berada di kawasan Kembang Jepun.

Setelah mempelajari filosofi penganan khas Pecinan, peserta mengunjungi klenteng Boen Bio, sebuah klenteng Khonghucu di Surabaya. Klenteng ini didirikan atas inisiatif dua orang pemuka masyarakat Tionghoa di Surabaya, Go Tik Lie dan Lo Toen Siong. Diresmikan pada tahun 1907, klenteng Boen Bio merupakan tempat para pelajar untuk mempelajari agama, kesusasteraan dan peradaban, sesuai dengan nama ‘Boen Bio’ yang berarti kesusasteraan atau peradaban.

Rute di atas yang dapat dinikmati pada hari Jumat dan Sabtu. Sementara pada hari Minggu peserta akan diajak mengunjungi Klenteng Hok An Kiong, klenteng tertua di Surabaya yang dibangun sejak tahun 1830. Awalnya, tempat beribadah umat Tri Dharma ini merupakan tempat persinggahan bagi pendatang dari Tiongkok.

Umumnya, mereka datang dengan membawa serta patung Makcho, dewi pelindung para pelaut dan nelayan, untuk disembahyangi di lokasi persinggahan. Lambat laun kawasan ini berkembang menjadi pemukiman sehingga dirasa perlu untuk membangun sebuah klenteng sebagai tempat ibadah dan penghormatan kepada Makcho atau Ma Cou Po. Saat momen perayaan Imlek, klenteng ini melakukan perayaan Bwee Gee.

Selanjutnya, peserta akan berkunjung ke rumah abu keluarga Han yang terletak di Jalan Karet. Rumah abu ini didirikan oleh Han Bwee Ko, keturunan ke-6 keluarga Han, pada abad ke-18. Sejarah rumah abu Han di Surabaya diawali dengan kedatangan Han Siong Kong ke Indonesia pada tahun 1673.

Salah satu keturunannya Han Bwee Koo datang ke Surabaya dan diangkat menjadi Kapiten der Chineezen yaitu wakil pemerintah kolonial Belanda untuk menjadi pemimpin orang-orang Tionghoa di Surabaya. Ia lalu mendirikan rumah di Chineezen Voorstraat yang sekarang bernama Jalan Karet. Rumah tinggal inilah yang kemudian menjadi rumah abu keluarga Han.

Rumah abu merupakan bangunan yang didirikan oleh keluarga semarga dan digunakan sebagai rumah sembahyang untuk menghormati leluhur. Walaupun disebut rumah abu, namun sebenarnya di dalam rumah ini tidak tersimpan abu, melainkan terdapat sinchi (papan arwah).

SHT "Lunar Track" diadakan tiap hari Jumat-Minggu mulai 20 Februari hingga 19 Januari 2012. Tur tematik SHT diselenggarakan secara berkelanjutan pada periode-periode tertentu guna memperkenalkan tempat-tempat menarik dan memiliki nilai sejarah di Surabaya.

Tur SHT dapat dinikmati oleh wisatawan maupun masyarakat Surabaya secara cuma-cuma. Melalui berbagai tur SHT tracker tak hanya dapat menikmati berbagai bangunan cagar budaya, namun juga mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com