Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desa Doka, Rumah Tenunan Kain Pejuang Flores

Kompas.com - 27/01/2012, 11:11 WIB

Seusai tarian selesai maka masyarakat seluruhnya biasa bergabung untuk mengikuti tarian massal. Dipersembahkan juga tarian lain yang menunjukkan persatuan masyarakat desa yang saling bahu membahu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bercocok tanam. Nampak bahwa sejak lama mereka telah mengenal sistem bercocok tanam.

Suku-suku di Flores memiliki kepercayaan tradisional kepada Dewa Matahari-Bulan-Bumi. Kepercayaan tersebut bersifat astral dan kosmologis yang berasal dari pola hidup agraris.Mereka hidup dari kebaikan langit (hujan) dan bumi (tanaman). Lahan pertanian yang cenderung tandus membuat orang Flores sungguh-sungguh berharap pada berkah Dewa Langit dan Dewi Bumi.

Akomodasi

Karena lokasi Desa Doka tidak terlalu jauh dari Kota Maumere maka pilihan untuk menginap disarankan di Maumere yang lebih lengkap dengan berbagai fasilitas dan akomodasi. Sering kali pelancong menjadikan Maumere sebagai awal dari penjelajahan di Pulau Flores. Para pelancong tidak terlalu sering menyisakan terlalu banyak waktu di titik awal perjalanan.

Kuliner

Seperti tradisi di berbagai kampung lainnya di Flores, tamu yang datang ke sebuah desa biasanya disuguhi sajian simbolis pertanda selamat datang berupa sirih dan tembakau ataupun pinang. Selain itu, persembahan berupa penyajian kue yang terbuat dari umbi-umbian (leku) juga lazim diberikan kepada tamu dipadu tuak atau arak dari pohon aren atau lontar yang disebut sopi.

Pinang yang masih berupa buah berukuran kecil diambil serabutnya di bawah kulit luar yang akan terus dikunyah sehingga lembut. Caranya, kupas bagian terluar buah pinang yang hijau dengan gigi seri atau gigi depan sedikit demi sedikit karena bila menggigitnya terlalu dalam maka pastilah sulit dikupas. Setelah agak dalam dan menemukan serabutnya lalu kumpulkan serabut itu di mulut dan kunyah hingga lembut.

Selagi mengunyah serabut pinang, makanlah pula batang sirih muda yang sudah diberi kapur barus berwarna putih. Anda hanya perlu sedikit sirih saja dengan sedikit kapur, karena sirih dapat membuat kepala Anda pening bila terlalu banyak dikonsumsi dan kapur pun terasa membakar bila berlebih.

Simpan sirih dan kapur di bagian gigi geraham. Mengunyah semua ramuan ini lama kelamaan akan memberikan rasa segar dan menghasilkan warna merah dari percampuran zat kimia alami yang berasal dari sirih dan kapur. Ludahkan air liur Anda yang berlebih dan berwarna merah bila sudah terasa kurang nyaman. Tentunya ini bukan gigitan termanis di dunia namun pengalamannya mungkin adalah hal termanis patut dirasakan.

Tuak atau sopi dibuat dari bahan alami yaitu pohon lontar atau aren. Berbeda dengan arak (juga disebut moke dalam bahasa lokal), tuak tidak begitu banyak mengandung alkohol walau keduanya dapat membuat mabuk bila dikonsumsi berlebih. Dalam penyambutan tamu, janganlah heran bila tuak ditawarkan ke hadapan Anda dalam cangkir yang terbuat dari tempurung kelapa atau tanah liat.

Berbelanja

Di salah satu sudut Desa Doka tempat dilangsungkannya tarian dan peragaan pembuatan kain ikat, terpajang rapi pada bambu yang memajangkan berupa warna warni hasil tenunan warga Desa Doka. Kain ikat dipajang sebagai dinding alami dimana ruang tenun terbuka disediakan untuk tamu yang ingin meneliti proses pembuatan kain ikat. Kain ikat dilabeli harga mulai dari Rp 250.000 hingga Rp 2.000.000. Hal ini tentunya tergantung dari jenis dan ukuran kain ikat tersebut. Berusaha untuk menawar pastilah bukan hal yang dilarang, bahkan dianjurkan sebagai apresiasi dan tanda ketertarikan Anda pada kain tersebut.

Transportasi

Desa Doka dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat, bergantung berapa banyak orang dalam kelompok Anda. Menyusuri Jalan utama dari Maumere menuju Waiara maka perlu bertanya kepada penduduk sekitar arah jalan ke selatan menuju Desa Doka.

Bila berpetualang dengan bantuan seorang pemandu maka akan lebih mudah menemukannya. Bila berpetualang sendiri tak usah khawatir karena setiap orang di siniumumnya mengerti Bahasa Indonesia dengan baik. Angkot berwarna oranye akan menandai perjalanan menuju Desa Doka yang mengesankan.

Bahasa

Di Flores terdapat 5 bahasa daerah yang berbeda, termasuk di Sikka dengan bahasa daerahnya sendiri. Tidak masalah apabila Anda pergi dengan seorang pemandu yang paham bahasa di Sikka tetapi bila tidak maka gunakanlah Bahasa Indonesia yang baik dan benar agar selama perjalanan lancar tanpa masalah komunikasi.

Tidak seperti beberapa tahun lalu dimana jalan di sepanjang Pulau Flores masih terkenal rusak, sekarang lintas Flores membuat perjalanan di atas kendaraan terasa lebih nyaman tanpa harus terpental bila duduk di kursi bagian belakang. Kualitas jalan sudah sangat baik, walau tetap akan Anda rasakan kelokan dari Maumere hingga Labuan Bajo seperti tak pernah ada hentinya. (Angke/Him)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com