Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desa Doka, Rumah Tenunan Kain Pejuang Flores

Kompas.com - 27/01/2012, 11:11 WIB

DARI Maumere, kota di tepi utara Pulau Flores yang terpisah hanya 20 kilometer saja dari tepi selatannya, perjalanan di atas kendaraan roda empat menuju Desa Doka menyajikan pemandangan celah bukit menghijau sangat menawan. Perjalanan penuh kelokan harus ditempuh menyusuri jalan menaiki bukit yang menjadi ranah pepohonan seperti petai cina, kakao, kopra, kemiri, dan jambu mete.

Kondisi jalan antara utara dan selatan di Kabupaten Sikka yang dikenal sebagai Kabupaten Seribu Nyiur terhitung baik sekali. Akan tetapi,karena lebar jalan yang sempit dan berkelok maka laju kendaraan tidak bisa berkecepatan lebih dari 40 km per jam. Angkutan umum berwarna oranye bermuatan karung penuh sesak di atasnya sesekali melaju di atas jalanan sempit dari Maumere ke arah Desa Doka.

Desa Doka ialah sebuah desa di Kelurahan Bola, Kabupaten Sikka dikenal memiliki tenunan kain ikat yang indah. Lebih mengagumkan lagi bahan pembuatnya didominasi dari alam sekitar. Masyarakat Desa Doka sejak dahulu memiliki keahlian menenun kain tradisonal dengan beragam corak warna.

Desa Doka menjadi salah satu contoh pembinaan desa wisata di Flores. Awalnya atas bantuan penggagas pariwisata yaitu Kornelis Djawa, tahun 1997 Desa Doka mulai menggeliat. Kini sejak tahun 2010, Cletus Lopez, putra dari Kornelis Djawa, terus menampilkan atraksi desa dan kearifan lokal dari sebuah kampung di balik gunung ini. Tamu yang telah datang ke sini dari berbagai negara dan menyaksikan sendiri kecantikan kain tenunannya.

Dengan rumah berjajar menghadap sebuah jalan penghubung antardesa, Desa Doka tidak begitu terlihat seperti perkampungan tradisional lainnya. Beberapa sudah terbaur dengan modernitas kehidupan di Maumere namun masyarakatnya gigih untuk hidup dengan mempertahankan tradisi leluhur.

Saat tamu datang maka warga desa akan memainkan tarian penyambutan, tarian tradisi, pertunjukan proses pembuatan kain ikat, hingga hidangan makanan dan minuman tradisional. Keramahtamahan Desa Doka merupakan daya tarik yang tidak bisa dilewatkan saat Anda berada di Sikka.

Desa Doka belum lama terkuak dari jalur penjelajahan di Pulau Flores. Kemunculannya memberikan warna baru pada petualangan Anda sebelum meraup lebih banyak lagi kejanggalan alam yang memesona di Flores, yaitu Danau Kelimutu di Moni, Batu Biru atau Batu Hijau di pantai menuju Bajawa, pengangkatan dasar laut yang nampak di patahan bukit sepanjang jalur selatan lintas Flores, penempatan altar batu di desa tradisional Boawae, serta berbagai keunikan budaya yang masih hidup di Pulau Ular ini.

Atraksi budaya juga menunggu pengagumnya, mulai dari tarian penyambutan dan pesta tamu di Belaraghi hingga tarian caci di Compang To’e. Kunjungan akhir di bagian barat Flores dapat disempurnakan dengan bertamu ke rumah Komodo di Taman Nasional Komodo sebagai buah hati bagi Flores juga Indonesia, bahkan dunia.

Kegiatan

Tarian keceriaan Tuare tala’u dipersembahkan saat tamu berkunjung di Desa Doka. Tarian ini dulunya hanya digelar bagi prajurit yang pulang berperang dan membawa kemenangan. Prajurit tertangguh dipilih dan diusung di ujung sebatang bambu yang diberi bantalan untuk duduk dan menari di atas perutnya. Inilah sebuah tontonan pamer kekuatan dan keperkasaan. Dipastikan atraksi ini hanya ada di Flores.

Lima orang lebih bergegas memegang sebatang bambu dikelilingi wanita di bawahnya yang terus menari. Wanita-wanita tersebut mengayunkan tangannya sambil mengepit sapu tangan atau hiasan berupa rangkaian bunga-bungaan di jemarinya yang berwarna indigo. Musik tradisional dari tabuhan kendang dan batang bambu terus mengalun dimainkan setengah lusin pria muda dan tua.

Batang bambu ditegakkan setinggi kira-kira 5 meter dan seorang prajurit terpilih menaiki sebatang bambu tersebut. Seolah bilah kincir angin yang berputar-putar menari di ujungnya dengan sigap para penyangga bambu di bawahnya memastikan posisi bambu tak miring dan tetap aman bagi pahlawan desa.

Terlihat jelas semua penari menggunakan kain ikat, baik itu dengan sarung ikat dan ikat kepala, maupun wanita yang juga menggunakan sarung serta selendang kain ikat. Mayoritas warna yang digunakan adalah hitam. Kain ini menemani dan melindungi mereka saat damai maupun saat peperangan di masa lalu.

Kain ikat yang diproduksi masyarakat Desa Doka termasuk yang terbaik karena memiliki ciri khas desainnya. Warga desa dengan senang hati mempertunjukkan cara pembuatannya. Semua yang tertenun di antara lintangan benang menjadi perlambang penghormatan kepada alam dan Tuhan yang di sembah. Pewarnaan pun begitu apik dilakukan dengan menggunakan bahan dasar pewarna dari saripati tumbuhan alami. Tak hanya pewarnaan, pemintalan kapas hingga menjadi benang dan siap ditenun pun dilakukan secara mandiri di Desa Doka.

Pewarnaan menggunakan buah mengkudu (Morinda citrifolia), asam (Tamarindus indica), indogo (indigofera), dan loba (Symplocos). Semua bahan alami tersebut didapatkan di hutan-hutan perbukitan sekitar Desa Doka, Kabupaten Sikka, Pulau Flores.

Seusai tarian selesai maka masyarakat seluruhnya biasa bergabung untuk mengikuti tarian massal. Dipersembahkan juga tarian lain yang menunjukkan persatuan masyarakat desa yang saling bahu membahu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bercocok tanam. Nampak bahwa sejak lama mereka telah mengenal sistem bercocok tanam.

Suku-suku di Flores memiliki kepercayaan tradisional kepada Dewa Matahari-Bulan-Bumi. Kepercayaan tersebut bersifat astral dan kosmologis yang berasal dari pola hidup agraris.Mereka hidup dari kebaikan langit (hujan) dan bumi (tanaman). Lahan pertanian yang cenderung tandus membuat orang Flores sungguh-sungguh berharap pada berkah Dewa Langit dan Dewi Bumi.

Akomodasi

Karena lokasi Desa Doka tidak terlalu jauh dari Kota Maumere maka pilihan untuk menginap disarankan di Maumere yang lebih lengkap dengan berbagai fasilitas dan akomodasi. Sering kali pelancong menjadikan Maumere sebagai awal dari penjelajahan di Pulau Flores. Para pelancong tidak terlalu sering menyisakan terlalu banyak waktu di titik awal perjalanan.

Kuliner

Seperti tradisi di berbagai kampung lainnya di Flores, tamu yang datang ke sebuah desa biasanya disuguhi sajian simbolis pertanda selamat datang berupa sirih dan tembakau ataupun pinang. Selain itu, persembahan berupa penyajian kue yang terbuat dari umbi-umbian (leku) juga lazim diberikan kepada tamu dipadu tuak atau arak dari pohon aren atau lontar yang disebut sopi.

Pinang yang masih berupa buah berukuran kecil diambil serabutnya di bawah kulit luar yang akan terus dikunyah sehingga lembut. Caranya, kupas bagian terluar buah pinang yang hijau dengan gigi seri atau gigi depan sedikit demi sedikit karena bila menggigitnya terlalu dalam maka pastilah sulit dikupas. Setelah agak dalam dan menemukan serabutnya lalu kumpulkan serabut itu di mulut dan kunyah hingga lembut.

Selagi mengunyah serabut pinang, makanlah pula batang sirih muda yang sudah diberi kapur barus berwarna putih. Anda hanya perlu sedikit sirih saja dengan sedikit kapur, karena sirih dapat membuat kepala Anda pening bila terlalu banyak dikonsumsi dan kapur pun terasa membakar bila berlebih.

Simpan sirih dan kapur di bagian gigi geraham. Mengunyah semua ramuan ini lama kelamaan akan memberikan rasa segar dan menghasilkan warna merah dari percampuran zat kimia alami yang berasal dari sirih dan kapur. Ludahkan air liur Anda yang berlebih dan berwarna merah bila sudah terasa kurang nyaman. Tentunya ini bukan gigitan termanis di dunia namun pengalamannya mungkin adalah hal termanis patut dirasakan.

Tuak atau sopi dibuat dari bahan alami yaitu pohon lontar atau aren. Berbeda dengan arak (juga disebut moke dalam bahasa lokal), tuak tidak begitu banyak mengandung alkohol walau keduanya dapat membuat mabuk bila dikonsumsi berlebih. Dalam penyambutan tamu, janganlah heran bila tuak ditawarkan ke hadapan Anda dalam cangkir yang terbuat dari tempurung kelapa atau tanah liat.

Berbelanja

Di salah satu sudut Desa Doka tempat dilangsungkannya tarian dan peragaan pembuatan kain ikat, terpajang rapi pada bambu yang memajangkan berupa warna warni hasil tenunan warga Desa Doka. Kain ikat dipajang sebagai dinding alami dimana ruang tenun terbuka disediakan untuk tamu yang ingin meneliti proses pembuatan kain ikat. Kain ikat dilabeli harga mulai dari Rp 250.000 hingga Rp 2.000.000. Hal ini tentunya tergantung dari jenis dan ukuran kain ikat tersebut. Berusaha untuk menawar pastilah bukan hal yang dilarang, bahkan dianjurkan sebagai apresiasi dan tanda ketertarikan Anda pada kain tersebut.

Transportasi

Desa Doka dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat, bergantung berapa banyak orang dalam kelompok Anda. Menyusuri Jalan utama dari Maumere menuju Waiara maka perlu bertanya kepada penduduk sekitar arah jalan ke selatan menuju Desa Doka.

Bila berpetualang dengan bantuan seorang pemandu maka akan lebih mudah menemukannya. Bila berpetualang sendiri tak usah khawatir karena setiap orang di siniumumnya mengerti Bahasa Indonesia dengan baik. Angkot berwarna oranye akan menandai perjalanan menuju Desa Doka yang mengesankan.

Bahasa

Di Flores terdapat 5 bahasa daerah yang berbeda, termasuk di Sikka dengan bahasa daerahnya sendiri. Tidak masalah apabila Anda pergi dengan seorang pemandu yang paham bahasa di Sikka tetapi bila tidak maka gunakanlah Bahasa Indonesia yang baik dan benar agar selama perjalanan lancar tanpa masalah komunikasi.

Tidak seperti beberapa tahun lalu dimana jalan di sepanjang Pulau Flores masih terkenal rusak, sekarang lintas Flores membuat perjalanan di atas kendaraan terasa lebih nyaman tanpa harus terpental bila duduk di kursi bagian belakang. Kualitas jalan sudah sangat baik, walau tetap akan Anda rasakan kelokan dari Maumere hingga Labuan Bajo seperti tak pernah ada hentinya. (Angke/Him)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

    Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

    Jalan Jalan
    Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

    Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

    Travel Update
    Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

    Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

    Jalan Jalan
    Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

    Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

    Jalan Jalan
    Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

    Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

    Travel Update
    The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

    The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

    Jalan Jalan
    Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

    Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

    Travel Tips
    Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

    Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

    Travel Update
    Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

    Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

    Travel Update
    13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

    13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

    Travel Update
    Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

    Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

    Travel Update
    Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

    Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

    BrandzView
    Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

    Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

    Travel Update
    Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

    Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

    Travel Update
    ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

    ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

    Travel Update
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com