Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bromo Bukan Hanya Lautan Pasir

Kompas.com - 31/01/2012, 15:47 WIB

Bukit Teletubbies. Mengemudi lebih jauh terhampar lautan pasir. Embusan angin gunung mengukir pola unik di atas pasir. Dari lautan pasir ini, ada jalur pendakian ke kawah Bromo.

Berbagai kendala

Pelaku wisata kesulitan mengangkat potensi lain di Bromo, termasuk budaya, karena menilai pasarnya lemah. Memang ada turis yang tertarik menyelami budaya, yang biasanya berasal dari Eropa. Namun, jumlahnya tak signifikan.

Kebijakan pemerintah untuk mengembangkan kawasan Bromo juga dinilai kurang maksimal karena ada tiga kabupaten yang berkepentingan terhadap kawasan wisata itu. ”Membuat satu kebijakan saja jadi sulit karena harus atas persetujuan tiga kabupaten,” kata Haryono, yang juga mantan Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita).

Selain itu, warga sepertinya juga belum siap menerima wisatawan. Tarif penginapan, misalnya, sering ditawarkan tanpa standar. Anna dan Ben, turis dari Jerman, misalnya, mengaku merasa tertipu. Mereka membayar hotel lebih mahal dibandingkan tarif normal. ”Kami malam sampai di Bromo, jadi yang penting dapat kamar. Ternyata setelah kami bandingkan harganya, kami membayar lebih mahal,” ujar Anna.

Pengunjung dilarang bermobil ke area wisata. Pilihannya, jalan kaki atau menyewa kuda, sepeda motor, atau jip.

Untuk membujuk wisatawan memakai jasanya, operator alat transportasi kerap menyampaikan informasi menyesatkan. Hal itu misalnya mengatakan, jarak ke suatu lokasi sangat jauh dan sulit dijangkau kendaraan pribadi sehingga perlu menyewa kendaraan. Terkadang dengan tarif mahal. Harga sewa jip selama 30 menit perjalanan pulang-pergi Rp 300.000.

Bagaimanapun keadaannya, Bromo magnet wisata Jawa Timur. Haryono mengatakan, dalam ajang tahunan Majapahit Travel Fair, pelaku wisata Jatim berupaya mengenalkan destinasi baru kepada biro wisata dari berbagai negara. Namun, agen perjalanan dari berbagai negara selalu meminta ke Bromo.

Sayangnya, andalan di Bromo hanya pemandangan. Keramahan dan keunikan budaya luput dari perhatian. (Indira Permanasari/Ahmad Arif)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com