Oleh: Neli Triana dan Antony Lee
Berakit-rakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Tak apalah sedikit ulur emosi didera kemacetan di tol dan kekacauan lalu lintas di sekitar Pasar Cikereteg, Jalan Bogor-Sukabumi. Sebab, Desa Pancawati, Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dengan panoramanya yang menawan bersama si ”slebor” setia menunggu untuk mengobati segala kelelahan.
Sebagian warga Jakarta yang biasa mencari kesegaran di Bogor dan Puncak mungkin sudah cukup mengenal Desa Pancawati. Di desa ini ada banyak penginapan, seperti vila atau resor, dengan segudang fasilitas, misalnya outbound, trekking, permainan anak, kolam renang, dan kelengkapan lain. Tentu saja udara sejuk di kaki Gunung Salak tetap menjadi daya tarik utama yang ditawarkan.
Mencari Desa Pancawati tidak sulit. Dari Ciawi, pilih jalan menuju Sukabumi. Setelah perjalanan lebih kurang 4,5 kilometer melewati kompleks Lapangan Golf dan Perumahan Rancamaya, sampailah di pertigaan Pasar Cikereteg. Belok saja ke kiri. Di pertigaan inilah gangguan berupa padatnya jalan karena pasar tumpah ke jalan, angkutan umum, ojek, serta pengunjung pasar yang parkir seenaknya bakal mendera.
Tak sampai 500 meter, gangguan akan berlalu. Perjalanan terasa mulai nyaman menembus jalan aspal yang cukup dilalui dua mobil berpapasan dan relatif lengang. Selain rumah-rumah penduduk, di kanan-kiri jalan ada beberapa lokasi pembibitan tanaman. Bagi yang hobi bertanam, bolehlah mampir barang sebentar.
Sekitar 3 kilometer kemudian, tak jauh dari satu-satunya menara base transceiver station di kawasan itu, bersiaplah karena ada tempat-tempat yang sayang jika terlewatkan.
Memetik ”slebor”
Mau yang lebih otentik di Pancawati? Yuk, mampir ke Villa Salak. Penunjuk lokasi Villa Salak berada beberapa meter sebelum dua kompleks vila dan ekowisata besar, yaitu Lembur Pancawati dan The Village, tepatnya di sebelah kanan jalan. Jangan sampai terlewat karena papan penunjuk lokasi tidak terlalu mencolok. Jadi, jangan segan bertanya kepada warga setempat agar tak tersesat.
Jalan menuju Villa Salak hanya berupa tanah yang diperkeras, melewati perkampungan dan persawahan, serta hanya cukup dilalui satu mobil kecil. Villa Salak dengan nama resmi Pusat Pelatihan, Pertanian, dan Pedesaan Swadaya mengusung slogan ”Desaku Makmur Masa Depanku”.
”Ini memang tempat yang didedikasikan untuk berbagi ilmu bagaimana membangun satu desa satu produk unggulan. Di sini pelatihan mencari ilmu tak harus serius di dalam kelas, tapi langsung ke lapangan, berdiskusi, sekaligus outbound, berenang, atau bermain apa saja,” kata Elyas Marah (77), pemilik sekaligus pengelola Villa Salak.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.