Ia juga memasang foto suaminya dengan dua rekannya pemain rebab serta foto Masnah sekitar 20 tahun lalu. Masnah pun masih mengingat lagu-lagu gambang keromong, seperti Cente Manis Berdiri, Stambul Rusak, Sereh Wangi, Langkuan, dan Jali Jali.
Pemerhati budaya peranakan
”Penyanyi sekarang tak ada yang punya kemampuan seperti Encim Masnah. Mereka hanya mengenal lagu-lagu sayur. Lagu dalem atau disebut juga lagu klasik hanya Encim Masnah yang mengerti,” kata David Kwa yang pernah tampil bersama Encim Masnah pada acara televisi Kick Andy beberapa tahun silam.
Masnah mengatakan, kalau kondisinya sehat, ia selalu siap berangkat untuk menyanyi gambang keromong meski penghasilan dari menyanyi itu tak seberapa dan habis untuk kebutuhan sehari-hari, terutama biaya berobat.
Walaupun gambang keromong, musik pemersatu Betawi, Tionghoa, dan Sunda itu, semakin tersisih, Masnah tetap setia pada dunia yang membesarkannya. Dia bangga pernah manggung di ”Gedung Durian”, Esplanade, Singapura, 18-21 September 2006, diiringi grup gambang keromong Sinar Gemilang pimpinan Sauw Ong Kian.
Masnah tampil anggun di Esplanade. Ia berkebaya dan mengenakan sarung batik yang disediakan warga Singapura. Itulah puncak pengakuan karier Masnah yang justru dia peroleh di Singapura.
Memang setahun kemudian, tepatnya 28 Desember 2007, ia mendapat penghargaan dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik atas kesetiaannya melestarikan lagu-lagu klasik gambang keromong. Ia mendapat uang penghargaan Rp 7,5 juta, yang segera habis digunakan untuk berobat.
Saat Bentara Budaya Jakarta menggelar Pameran Budaya Peranakan Tionghoa, Senin (6/2), Masnah dengan antusias menyatakan