Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bekas Ladang Candu Itu Jadi Pendulang Devisa

Kompas.com - 20/02/2012, 07:57 WIB
Windoro Adi

Penulis

Sejak tahun 1989, bersama ribuan warga miskin lainnya, warga yang berasal dari enam suku ini menjadi petani dan pengolah kopi serta kacang macadamia yang dikelola Perusahaan Navuti. Perusahaan ini didirikan dari dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR/Corporate Social Responsibility) dari sejumlah perusahaan swasta di Thailand yang menjadi bagian dari Proyek Pengembangan Doi Tung yang dikelola Yayasan Mae Fah Luang (MFLF/Mae Fah Luang Foundation).

Usaha ini kemudian menjadi model investasi yang mengembangkan usaha sambil memperbaiki dan melestarikan lingkungan serta memberdayakan warga setempat.

Ketika warga masih menanam opium, penanaman dilakukan secara berpindah-pindah. Hal itu membuat hutan di kawasan perbukitan gundul.

Kawasan tersebut pulih setelah warga di bawah bimbingan MFLF menghijaukan kembali lahan yang gundul dengan berbagai tanaman produktif, terutama tanaman kopi dan kacang macadamia.

"Dulu pendapatan kami sebagai petani candu cuma 5.000 baht (setara Rp 1,5 juta) setahun. Kini, setelah kami menjadi petani dan pengolah kopi dan kacang macadamia, pendapatan kami setahun 307.000 baht (setara Rp 92,1 juta)," kata Atu.

Untuk menutup kekurangan pendapatan yang cuma 5.000 baht setahun, lanjut Cham Nam, dulu banyak orangtua menjual anak gadisnya untuk menjadi pekerja seks komersial di tempat hiburan malam, terutama di Bangkok.

Gadis-gadis asal pegunungan di Thailand seperti di Doi Tung memang dikenal berparas cantik, cepat beradaptasi dan pandai bergaul. Mereka berbadan ideal Asia, dan berkulit kuning terang.

Apa yang disampaikan kedua mantan pecandu dan petani candu itu dibenarkan Manajer Senior Program MFLF, Ramrada Ninnad. "Candu dan prostitusi. Hanya itu harapan mereka untuk hidup," tuturnya.

Bertahap

Pengembangan Proyek Doi Tung dilakukan secara bertahap. Proyek yang dipelopori mendiang Somdej Phra Srinagarindra Boromajajajonani, Ibunda Raja Thailand Bhumibol Adulyadej ini, mulai dilakukan tahun 1988. Awalnya, ibunda raja yang akrab dipanggil sebagai Sangwan atau Puteri Sangwan itu datang ke Doi Tung tahun 1987 dengan helikopter.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com