KOMPAS.com - Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta, Rabu (29/2/2012) siang terlihat berawan. Begitu keluar dari bandara, enam sampai delapan andong atau delman memasuki kawasan bandara. Ada apa gerangan? Apa boleh andong-andong itu masuk bandara? Ternyata andong-andong itu diperuntukkan khusus untuk mengangkut rombongan media dari Jakarta. "Inilah salah satu sambutan khas dari Grand Dafam MM Yogyakarta," kata Andhy Irawan, Managing Director Dafam Hotel Management.
Tanpa buang waktu, rombongan media lantas menaiki andong yang telah parkir di bandara tersebut. Unik memang, andong-andong keluar satu persatu dari bandara dan berbaur dengan berbagai kendaraan di jalan raya menuju Hotel Grand Dafam MM Yogyakarta, sebuah hotel bintang empat yang ada di Jalan Raya Seturan, Sleman. Iring-iringan andong tersebut menarik perhatian para pengendara sepeda motor pengemudi mobil, sampai penumpang bus yang melintas di jalanan yang tidak terlalu padat.
Menghabiskan waktu sekitar 30 menit, akhirnya andong-andong tersebut memasuki halaman Hotel Grand Dafam MM Yogyakarta. Hotel ini terlihat baru, bau cat masih tercium dan para pekerja sibuk mempercantik halaman depan lobi hotel.
Hotel Grand Dafam MM Yogyakarta memiliki 134 kamar, terdiri dari 106 kamar deluxe, 18 kamar executive, 6 kamar executive balcony, 2 kamar suite, 2 kamar royal suite. Memasuki lobi hotel, sembari check-in, Anda akan melihat lukisan raksasa Gunung Merapi yang lagi memuntahkan abu vulkanik. Jika cuaca cerah, Gunung Merapi bisa dilihat dari balkon dan jendela kamar hotel.
Keberadaan Hotel Grand Dafam MM Yogyakarta semakin meramaikan bisnis hotel di Provinsi DIY. Hampir tak ada kata "lesu" untuk menggambarkan pertumbuhan pembangunan hotel berbintang di Kota Gudeg ini. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin membaik, geliat pariwisata di Provinsi DIY juga ikut berkembang.
Inilah yang melatarbelakangi Djati Nindiarto untuk terjun ke bisnis hotel. Menurut Totok - sapaan akrab Djati - awalnya dia mendirikan Merapi Merbabu Hotel di Jalan Raya Seturan, Sleman. "Dulunya tanah ini mau saya gunakan untuk mendirikan SPBU. Karena izinnya lama turun, maka saya dirikan hotel," kata Totok saat jumpa pers Soft Opening Grand Dafam MM Yogyakarta, Rabu (29/2/2012).
Tanggal 15 Desember 2011, Merapi Merbabu Hotel beroperasi. Setiap hari Totok selalu memantau perkembangan hotelnya. "Ternyata pusing juga mengoperasikan hotel," kata Totok sembari tersenyum.
Wajar saja pengusaha SPBU ini pusing. Pasalnya tingkat hunian kamar pada Januari saja baru 14 persen. Sangat rendah. Kebanyakan tamu saat itu adalah walk in guest. Kala itu belum semua fasilitas hotel siap beroperasi. "Tamu sering komplain," katanya mengenang. Kalau dibiarkan terus seperti ini, tentu perusahaan akan gulung tikar. Totok berusaha berpikir keras. Tiba-tiba datanglah Dafam Hotel Management menawarkan kerja sama.
"Dari omong-omong hingga MoU cuma butuh seminggu. Kena sirep kali ya, kok langsung pilih Dafam," kata Totok melirik Andhy Irawan yang duduk di sampingnya sambil tertawa.
Lantas, nama Merapi Merbabu Hotel langsung diubah menjadi Hotel Grand Dafam MM Yogyakarta. Nama "MM" tetap dipertahankan sebagai singkatan dari Merapi-Merbabu. "Itu (MM) spirit keluarga Pak Totok," kata Handono S Putro, Director of Business Development & Operation Dafam Hotel Management.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.