Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri Jejak "Adiluhung" Sumenep

Kompas.com - 05/03/2012, 09:43 WIB

Oleh Runik Sri Astuti dan Agnes Swetta Pandia

Jangan mengaku pernah ke Pulau Madura jika belum menjejakkan kaki di Keraton Sumenep. Memadukan arsitektur Jawa, Belanda, dan China, keraton ini satu-satunya pusat kerajaan tradisional di Jawa Timur yang utuh dan kokoh. Obyek ini menawarkan wisata alternatif, di samping eksotika alam dan kehidupan masyarakat ”Pulau Garam” tersebut.

Mengunjungi Keraton Sumenep bukan perkara sulit. Mau kendaraan pribadi ataupun angkutan umum sama-sama bisa mengantarkan masyarakat dari dalam dan luar Pulau Madura ke obyek wisata yang masih terawat dengan apik ini. Hadirnya Jembatan Suramadu, yang membentang di atas Selat Madura, kian memperpendek waktu perjalanan sepanjang 271 kilometer, dari Surabaya ke Sumenep. Waktu tempuh cuma 5-6 jam, lebih singkat 2 jam dibanding sebelum Suramadu dioperasikan.

Keraton yang dibangun Panembahan Sumolo atau Pangeran Nata Kusuma tahun 1762 ini berlokasi di Jalan dr Soetomo, Sumenep. Bangunan itu berada dalam satu kompleks dengan Kantor Bupati Sumenep, Masjid Agung Sumenep, dan alun-alun. Tak jauh dari lokasi keraton juga ada Asta Tinggi, makam raja-raja dengan model bangunan memesona karena diperkaya corak ukiran.

Areal parkir di halaman keraton cukup luas dan teduh. Tidak hanya kendaraan pribadi, bus pun bisa ditampung. Fasilitas ini memberikan keleluasaan bagi pengunjung untuk datang bersama dalam rombongan besar dan rombongan kecil.

Harga tiket masuk ke lokasi wisata hanya Rp 1.000 per orang. Tarif ini mungkin paling murah untuk sebuah obyek wisata. Apalagi, begitu memasuki areal keraton hingga meninggalkan kawasan itu, pengunjung akan didampingi pemandu wisata yang ramah dan kocak. Dengan logat Madura yang sangat kental, pengunjung dijamin tidak akan bosan mendengarkan ceritanya tentang keraton lengkap dengan nilai filosofinya.

Seperti keraton di Jawa, Keraton Sumenep memiliki pintu gerbang utama yang diberi nama Labang Mesem. Pengunjung wajib melewati pintu ini karena kompleks keraton dikelilingi pagar tembok yang hampir tanpa celah. Uniknya, pintu gerbang ini memiliki atap bersusun dengan lantai atas memiliki fungsi ganda sebagai gardu pandang.

Konon ceritanya, dulu sang raja sering naik ke pintu gerbang untuk melihat putri-putri keraton yang parasnya cantik jelita, mandi di Taman Sare, yakni pemandian utama di istana. Letak pemandian berupa kolam yang berisi ribuan ekor ikan ini berada di sebelah kiri dari pintu gerbang Labang Mesem.

Punya khasiat

Pemandian Taman Sare salah satu daya tarik Keraton Sumenep. Air itu bersumber dari air tanah yang menyembur memiliki tiga tangga dengan kekuatan atau khasiat berbeda. Pengunjung hanya diizinkan membasuh muka di tepi kolam yang tentu bisa merasakan khasiatnya jika yakin dan percaya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com