Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dam Sabo Perlu Ditata Ulang

Kompas.com - 08/03/2012, 13:35 WIB

Oleh Agung Setyahadi/Aloysius B Kurniawan

KOMPAS.com - Dam sabo untuk mengurangi laju aliran lahar hujan agar tak melanda kota-kota di kaki Merapi, seperti Yogyakarta dan Magelang, ternyata menyisakan masalah. Lahar kerap membanjiri permukiman di sekitar dam sabo. Bahkan, dam sabo yang penuh endapan dituding meluapkan aliran awan panas sehingga melanda permukiman di lereng Merapi.

Keresahan terhadap keberadaan dam sabo ditunjukkan Setiyono (37), warga Dusun Bendo, Mangunsuko, Magelang, Jawa Tengah. "Lahar meluap ke persawahan dan permukiman karena dam sabo penuh. Jalan di tepi desa terkubur pasir, batu, dan kerikil," katanya. "Untung dam sabo kemudian jebol sehingga lahar tidak lagi meluap ke permukiman."

Jebolnya dam disyukuri oleh Setiyono dan warga desa lain. "Awalnya kami meminta dam didinamit, tetapi tidak ditanggapi oleh pemerintah," kata Setiyono. Ia marah karena aliran lahar menggerogoti sawahnya hingga tersisa hanya 250 m2 dari luas awal 1.000 m2. Banjir lahar juga mengubur bagian belakang rumah Setiyono. Sejak dam sabo jebol, lahar tidak lagi meluap ke permukiman. Aliran lahar mengalir ke Kali Senowo.

Helmy Murwanto, geolog dari Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta, menilai, keberadaan dam sabo di sungai-sungai yang berhulu di Merapi perlu ditinjau ulang. Kasus meluapnya lahar ke permukiman perlu dianalisis terkait pemilihan lokasi dam ataupun konstruksi bangunannya.

Keberadaan dam sabo dan fenomena luapan lahar dari alur sungai juga diteliti Langgeng Wahyu Santoso, pakar geomorfologi pada Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada (UGM). Langgeng menginterpretasi citra satelit skala besar Ikonos perekaman 15 November 2010 untuk memetakan luapan lahar di Kali Gendol.

"Dari citra satelit Ikonos dan pengecekan lapangan, lahar memang meluap di sekitar dam sabo. Lahar yang tertahan dam menumpuk dan meluap ke area sekitarnya pada jarak 350-500 meter dari sungai," katanya.

Lahar Kali Gendol pada 2010 meluap ke sejumlah permukiman di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Citra satelit Ikonos merekam luapan lahar di Dusun Ngepringan, Desa Wukirsari, yang berjarak 11 kilometer dari puncak Merapi. Lahar juga meluap di Dusun Bronggang dan Karanglo, Desa Argomulyo.

Di Dusun Bronggang, lahar tertahan dam sabo pada Km 13 sehingga aliran lahar Kali Gendol meluap ke timur dan menghancurkan permukiman di sekitarnya. Kondisi serupa terjadi di Dusun Karanglo, material lahar tertahan dam sabo dan jembatan yang melintang di Kali Gendol. Jembatan hancur dan lahar meluap ke timur, mengubur permukiman.

"Jika aliran lahar di sepanjang Kali Gendol menemui belokan tajam dan curam, lalu menabrak dam sabo, maka terjadi efek turbulensi. Lahar kemudian meluap dan menerjang permukiman sekitarnya," ujarnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com